Pacar Rasa Teman Atau Teman Rasa Pacar, Mana Lebih Baik ?

Kalau Kalian ditanya pilih mana, pacar rasa teman atau teman rasa pacar? Tanpa embel-embel modus murahan, akal bulus buaya dan tabiat sejenisnya, Kalian milih mana? Jangan jawab "yang mau sama aku aja" atau "aku pilih yang yang tidak terlalu manis yang penting setia". Maaf ya, dalam konteks ini pilihan tersebut tidak tersedia. Jangan lantunkan syair jawaban yang tak selaras dengan nada pertanyaan! Jujur saja bila agak terlalu sulit dan butuh nalar cinta untuk menjawabnya.

Pacar lima langkah dari rumah
pexel.com

Apalagi bagi para jomblo yang belum terdaftar sebagai calon menantu di jurnal masa depan calon mertua. Jangankan itu, untuk proses registrasi keikutsertaan upacara cinta di setiap malam minggu saja, jomblo masih dinilai kurang layak dan tidak memenuhi syarat serta ketentuan berlaku. Jawaban seperti apa yang dapat diharapkan dari kaum termarjinalkan dari cinta?


Jawaban paling logis dan tak mengada-ada tentu saja memilih salah satu opsi yang tersedia. Teman rasa pacar atau pacar rasa teman. Jika ekspektasinya adalah kebenaran sederajat hadist nabi, maka jawaban terkemuka harus memenuhi unsur-unsur aktualitas non hoax serta non bual belaka.


Let's check this out!

Pacar Rasa Teman

Berbagai asumsi serta opini kaum muda kini berkembang mengartikan tradisi tak resmi ini. Ada yang berpendapat pacaran itu jangan cuma sebentar saja, karena hati butuh waktu untuk meyakinkan diri sebelum datangnya lamaran. Ada pula yang berasumsi, ngapain pacaran lama-lama. Mending nikah aja. Takutnya nanti disambar duda. Bahkan ada yang mengharamkan pacaran atas dasar keyakinannya.


Semua sah-sah saja. Mahacinta tak memposisikan diri sebagai pengundang polemik untuk perdebatan panjang. Kalian boleh pilih opini mana yang lebih benar versi pribadi. Mahacinta belum cukup mumpuni untuk menyampaikan segala sesuatu berdasarkan agama dan keyakinan. Biarlah itu jadi ranah situs lain saja.


Dari kaca mata umum nan paling logis, tentu pilihan "pacar rasa teman" jauh lebih baik ketimbang sebaliknya. Memiliki pacar bak seorang teman tak akan melunturkan rasa yang ada. Malah bisa memunculkan kesinergian antara hati dan akal sehat.


Nah, bila Kalian merasa sangsi, berikut akan ku persembahkan dalam bentuk tulisan. Alasan mengapa pacaran rasa teman itu lebih baik.


Alasan Kenapa Pacar Rasa Teman Itu Lebih Baik Dari Teman Rasa Pacar


1. Pacaran Lebih Santai Dan Tak Sarat Muatan Emosi

Adalah hal lumrah sebenarnya jika dalam berpacaran timbul pertengkaran, cemburu serta emosi dalam bentuk lain. Cuma yang jadi masalah saat dua hati yang berseteru tak dewasa memandang tikai yang ada.


Hal paling sial tentu munculnya petaka berakhiran kata putus. Walau dikemudian hari masih ada peluang berbaikan dan nyambung lagi, tetap saja akan menguras energi hati yang sebenarnya rindu dimanja kekasih.


Belum lagi sensasi rasa amarah saat berada di tengah-tengah perselisihan cinta. Peran emosi kadang melebihi ambang batas. Ada hinaan, cercaan, makian serta sumpah serapah tak perlu. Rasa cinta yang besar mendorong emosi yang besar pula.


Segala kesalahan kekasih dilihat dari sudut pandang hati. Keterlibatan perasaan menjadi-jadi. Walau sesungguhnya tangis yang muncul setelah itu masih mengandung kadar jaim untuk perdamaian serta gencatan senjata.


Sekarang mari kita bandingkan jika sosok kekasih didaulat setara sahabat. Sikap jaga image yang jelas pasti nihil. Kalian akan bersikap lebih luwes layaknya teman. Pertengkaran sesama teman, meski melibatkan emosi tapi pasti tak terkontaminasi rasa yang berlebihan.


Kalian akan jauh lebih santai hadapi persoalan. Jauh lebih terbuka. Teguran atas kesalahan kekasih bisa terlontar lebih rileks. Tak ada beban rasa saat bersinggungan sikap emosional. Kalian pasangan tapi genrenya persahabatan. Sungguh sedap memang. Percayalah! Asal jangan melebihi kadarnya dari rukun iman.

2. Pacaran Lebih Sehat

Pacaran yang sehat
pexel.com

Tentu saja lebih sehat bagi hati. Nilai cinta dan persahabatan yang dikirap seiring sejalan akan senantiasa sukses menghancurkan sikap "menyembunyikan perasaan". Di ujungnya tentu tak akan lupa hadir peluang menyembunyikan permasalahan.


Jika kedekatan yang terjalin merupakan simbiosis rasa antara cinta dan pertemanan, tentu tak akan ada rahasia sikap yang perlu disembunyikan. Kedekatan emosional berkadar cinta pasti akan terlalu kaku saat bersentuhan dengan masalah yang ada. Namun saat kedekatan itu bersifat pertemanan, pasti jauh lebih mudah mengusir sikap jaga image.

3. Status Jelas

Statusnya ya pacar. Jelas dan tak ada keraguan di dalamnya. Motif serta gaya pacarannya saja yang sedikit dimodifikasi sedimikian rupa hingga melibatkan rasa persahabatan. Sedangkan buat ajaran teman rasa pacar, ah tak usah kita bahas kepastian statusnya. Sudah jelas dan jelas-jelas penuh ketidakjelasan.


Hubungan tanpa status orang dulu menyebutnya. Dibilang pacaran enggak. Tapi lagak dan tingkah laku tak obahnya laksana sepasang kekasih. Itu sama saja meningkatkan taraf keberlangsungan halu.
Kemungkinan terburuk bisa saja Kamu hanya sebagai objek pelampiasan. Pelampiasan cinta dan pelampiasan nafsu. Tragis kan ?

4. Terhindar Dari Praktek Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Cinta bertepuk sebelah tangan
pexel.com

poin ini sesungguhnya juga tak mengandung unsur-unsur keraguan di dalamnya. Yang namanya pacaran tentu tercipta dari rasa yang sama dan saling. Sebab kalau hanya cinta sepihak, sama saja ibarat kata cinta bertepuk sebelah tangan. Itu mah bukan pacaran, pastinya. Ngebucin  iya.


Potensi untuk fall in love tentu ada. Asal syarat "rasa yang sama dan saling" terpenuhi. Tapi kemungkinan lain pastilah lebih menggenaskan. Jika hanya bertepuk sebelah tangan dalam cinta, itu sama saja dengan kebodohan (fool in love). Si dia cuek-cuek saja. Sedangkan Kamu sudah melampaui level ekspert dalam ngebucin. Lalu status apa yang layak disematkan? Au ah gelap. Tanya aja ama dungdung pret.

5. Status Itu Lebih Penting Ketimbang Peran

Status pacar
pexel.com

Sekarang coba Kalian telaah dua situasional berikut:

  1. Seseorang yang kita asumsikan sebagai pacar ternyata bisa berperan layaknya seorang sahabat.
  2. Seorang yang kita posisikan sebagai teman, ternyata bisa digadang-gadang jadi pacar.

Mari analisa secara terang-terangan melalui unsur perasaan dan akal sehat. Poin pertama jelas memiliki keuntungan lebih bagi hati. Kita pakai saja suasana konflik internal hati sebagai acuan penilai. Pada momen bahagia dan momen tersedih hidup. Seorang kekasih yang berperan jadi teman akan leluasa ruang geraknya dalam hal memberi semangat, pendorong serta penasehat ulung dengan mengesampingkan urusan rasa sebagai pacar.


Dia tak perlu susah-susah menjaga kredibilitasnya sebagai pacar bila berperan ganda sebagai seorang teman  tak akan melunturkan nilai otentik sebuah cinta. Malahan dia akan melipatgandakan rasa yang ada hingga kenyamanan tingkat tinggi tak perlu lagi dibuat-buat. Tak ada keraguan dan memiliki ruang gerak lebih luas, itu kalimat kuncinya.


Sedang untuk poin kedua, ia hanya kamuflase sesaat. Saat butuh. Saat tak dibutuhkan, apa boleh buat. Maklum tak ada ikatan. Tak ada rasa terlibat di dalamnya. Buat pamer-pamer ke circle. Buat penghadang tanya orang terdekat. "kamu sudah punya pacar belum?". Interogasi yang acap mengemuka. Atau, sebagai kesenangan. Buah pelampiasan keterbelakangan hati yang belum ada penghuni.


Kalian tak dilarang jika punya argumen sendiri. Silahkan saja berkomentar. Kolom komentar siap menanti. Asal tersaji lewat kerendahan hati dan sopan santun.


Teman Rasa Pacar

Istilah pengusung yang cukup berkembang mungkin bisa kita ambil opsi Teman Tapi Mesra (TTM). Mau lebih keren lagi? Friends With Benefits (FWB). Di laman lain Mahacinta akan mencoba mengulasnya lebih dalam. Tungguin ya!

Teman rasa pacar sesungguhnya adalah komiditi dari sebuah hubungan yang dihiasi serba keraguan dan ketidakjelasan status penghuninya. Teman iya, pacar bukan, tapi kok,,ah sudahlah.


Standar pertemanan mungkin saja terpenuhi. Standar berpacaran? Nanti dulu! Jika belum melibatkan rasa, belum sah dianggap sebagai sepasang kekasih. Aturan baku dewan cinta telah menyiratkan itu sejak lama.


Begitu pula bila dilihat dari segi maksud serta tujuan. Pacaran jelas mengharapkan akhir dalam bentuk pernikahan. Karena itulah tujuan dengan nilai tersahihnya. Nah, kalo cuma sekedar teman tapi berasa pacar tujuannya tak lain dan tak bukan mesti cuma kedok semata. Kedok nafsu jangan-jangan.


Alasan Teman Rasa Pacar Itu Tak Baik


1. Bisa Jadi PHP Semata

Teman berasa pacar bisa menimbulkan gejala harapan palsu. Bisa jadi salah satu penghuni jenis hubungan ini terdoktrin harapan yang membabi buta, ulah kedekatan tak logis. Bisa saja di pihak lain dia hanya memanfaatkan peran serta mempermainkan perasaan. Di kondisi terburuk itu bisa saja terjadi.


Ketidak sinkronan antara status dan jenis hubungan pasti memunculkan harapan-harapan tak terarah. Karena terlanjur dekat tau-tau jatuh hati. Lalu berkibarlah harapan memiliki dan dimiliki. Iya kalau dia nya memiliki ekspektasi sama. Kalau beda? Kan repot. Mana hati sudah berhalu ria sepanjang hari. Kasihankan perasaan mu?

2. Tidak Ada Kejelasan Status

Status pacaran tak jelas
pexel.com

Serba tidak jelas deh pokoknya. Jangan-jangan cuma Kamu saja yang menganggap dia teman tapi rasa pacar. Sedangkan dia? Siapa tau dia hanya menganggapmu teman tanpa ada rasa yang lain. Repot juga kan urusannya. Sudah dianggap sebagai pacar, eh dia malah anteng-anteng saja.


Mau minta kejelasan, kejelasan apa? Mau memilih untuk "ya udah jalani aja dulu" apa situ yakin? Percuma deh! Mending kalau teman ya teman aja. Kalau ada rasa berlebih, lebih baik ungkapkan. Clear urusan.

3. Pada Kondisi Tertentu, Hanya Jadi Objek Pelampiasan

Pelampiasan cinta
pexel.com

Saat lagi sayang-sayang bersama pacar barunya, tanpa dinyana dia sahabat dekatmu itu putus dengan pacarnya. Kata putus bermotif dendam kesumat asmara tertera di hatinya. Dia sakit tapi tak nampak gejala. Dia luka tapi tak berdarah.


Dendam yang ada mewajibkannya menuntut balas kisah yang hancur.  Dia mendaulatmu jadi pemanas hati sang mantan. Memperlakukanmu ibarat pacar adalah jalan ninjanya melepaskan sakit hati. Harapnya adalah rasa sesal di hati mantan.


Kondisi seperti ini jamak terjadi. Modus balas dendam dan sakit hati pada mantan. Menjadikan seseorang pendek akal dengan mengorbankan pertemanan yang dirasuki rasa pacar.

4. Lebih Dominan Sebagai Pelampiasan Nafsu Belaka

Nafsu cinta
pexel.com

Gaya pertemanan seperti ini memang harus diakui sebagai sebuah bentuk pelampiasan. Terutama pelampiasan nafsu seksual. Dulu kita menyebutnya Teman Tapi Mesra (TTM). Masih mending bila hal tersebut dinikmati kedua belah pihak. Kalau yang menikmati cuma sebelah pihak? Hati-hati buaya dimana-mana.


Belum lagi resiko terlibat urusan cinta tanpa rasa (open relationship). Sudah barang tentu tak akan ada nilai serta makna tanggung jawab di dalamnya. Kalau Kamu kenapa-napa, siapa yang bakal tanggung jawab?


*****

Maka pacaran paling baik itu tentu pacaran yang memiliki unsur sama rasa dan saling menitipkan rasa. Memilih untuk tidak menjalani masa pacaran sebelum menikah adalah pilihan paling elegan bagi yang meyakininya.


Memiliki pacar sekaligus tertanam sikap sahabat di dalam dirinya tentu lebih baik dari pada memiliki teman berasa pacar. Akan tertuang banyak modus sesungguhnya. Modus kesenangan semata, itulah derajat tertingginya.


Pacaran juga butuh tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap rasa yang ada itu yang utama. Berteman bila berlainan jenis tentu wajib ada batasan pembeda. Mana teman, mana pacar. Ia tak bisa selaras seiring sejalan.





M💕💕E💕💕S







Share this:

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Mood Booster Terbaik Pasca Putus Cinta

Self healing Terbaik Pasca Putus Cinta