Fakir Asmara Yang Termarjinalkan Dalam Cinta

Jujur saja. Saat mendengar kata-kata "termarjinalkan", logika kita pasti langsung dibawa ke ranah istilah dunia ekonomi tentang  kaum pra-sejahtera. Kaum yang kurang beruntung dalam urusan finansial. Bahkan terpinggirkan dari modernisasi. Lalu untuk diksi fakir asmara Kalian tau apa? Paling fakir pulsa taunya, ya kan?

Sebenarnya kata marjinal ini memiliki definisi: berhubungan dengan batas (tepi); tidak terlalu menguntungkan; berada di pinggir. Itulah arti yang disematkan oleh KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).


Sedangkan untuk kata "fakir", tak usahlah kita definisikan. Sepertinya semua orang pasti tau dan paham.


Lalu apa hubungannya fakir, marjinal dengan urusan asmara?

Mau tau aja, atau mau tau banget?

Let's check this out!

Sesungguhnya kata fakir asmara identik dengan kata jomblo. Bolehlah dibilang sebelas duabelas gitu. Kata sandang yang dipaksakan menempel pada jati diri orang-orang yang belum memiliki pasangan atau pacar.


Pangkal balanya tentu saja dunia sosial media terlebih-lebih twitter. Sarangnya segala kegabutan, insecure dan over thinking kawula muda tak beriman.


Kata Jomblo dianggap terlalu merendahkan martabat mereka yang belum berpangkat kekasih. Karena terlalu banyak menimbulkan pro dan kontra yang tak lazim. Maka muncullah istilah fakir asmara tanpa deklarasi resmi.

Kata ini dianggap cukup keren dan menjunjung tinggi harga diri pelajang. Walau pada kenyataannya kata fakir asmara sebenarnya lebih menghina status kesendirian para penikmat halu.


Pada hakikatnya, ungkapan jomblo atau fakir asmara ini bukan dimaksud untuk merendahkan. Namun hanya label tak jelas juntrungan yang kelewat eksis berhubung terlalu sering diperdengarkan.


Si empunya label lalu menjadi ketakutan dan merasa dipinggirkan (termajinalkan). Mereka lantas menyebut diri mereka sebagai kaum minoritas. Meski kenyataannya, mereka jadi minoritas hanya di momen malam minggu saja. Enam hari yang lainnya? Mereka hanya gabut doang,wkwkwkckk.


Seperti itulah korelasi yang telah terbangun dengan kesaktian tinggi. Barangkali sudah eksis satu atau dua dasawarsa belakangan ini. Kapabilitas sebuah pameo tak resmi ternyata bisa merumuskan paham-paham yang cukup radikal. Yang memiliki prospek merusak masa depan hati.


Bagi yang masih ingkar dan tak menerima dikategorikan pada golongan fakir asmara ini, dah lah, malu mu tak usah diurusi! Mending simak ini baik-baik!



Berikut disajikan ciri mental dan tabiat fakir asmara yang tak terbantahkan logika.


Tanda-Tanda Seseorang Telah Terjerumus Dalam Jurang Fakir Asmara


1. Selalu Memproklamirkan Diri Sebagai Seorang Yang Belum Memiliki Pasangan


Memproklamirkan status jomblo dengan cara memposting kesendirian di story sosial media
pexel.com

Seseorang yang mengidap fakir asmara, secara tegas ataupun terselubung, jelas maupun samar, sadar maupun tidak, sering mengambil peluang pada momen-momen tertentu untuk mempromosikan diri sebagai seseorang yang nihil kasih sayang dalam perawakan cinta.


Dari story, twitt serta postingan media sosial mereka acap berpropaganda tentang kesendirian yang awet bak pandemi. Cerita mereka tak banyak motif dan corak warna. Hanya tentang kegalauan, resah hati dan rendahnya kadar perhatian lawan jenis.


Sosial media, mereka jadikan sarana promosi. Berharap menemukan kolega senasip sepenanggungan. Untung-untung, ya,,,menemukan peminat yang barangkali memiliki prospek jadi gebetan.


Motif operandinya seperti itu kira-kira. Jika di laman sosial mediamu terpampang kisah serupa, fix, valid no debat. Mereka keturunan fakir asmara.


Sedekahilah hatinya! Siapa tau dapat pahala cinta.

2. Menghabiskan Sebagian Besar Waktu Dengan Rebahan


Mengurung diri dalam kamar sembari rebahan berlama-lama tanpa interaksi dengan dunia luar
pexel.com

Tabiat seperti ini sukses menghasilkan gelar bagi mereka. Kaum rebahan. Alergi dengan dunia luar karena sempitnya daya jelajah dalam dunia pergaulan.


Hari-hari mereka dihabiskan dengan rutinitas menghitung hari hingga datangnya malam minggu. Mengasah mental untuk hadapi hinaan serta cercaan dunia. Lalu kembali rebahan seraya menangisi nasip. Rebahan dari pagi hingga petang. Lalu dari petang ke pagi lagi.


Mereka sangat intim dengan sosial media, namun terasing di kehidupan nyata. Rendahnya rasa percaya diri, mungkin sumber utama. Daya saing yang sangat rendah di dunia asmara, hanya disiasati di dunia maya.


Tak ada langkah pasti dan aksi nyata memperjual belikan harapan hati akan cinta, menjadikan kaum ini tak teregistrasi ke dalam program jatuh cinta. 


Mengurung diri di kamar sepanjang waktu. Meningkatkan taraf halusinasi, yang serta merta, meningkatkan kefakiran mereka di dunia asmara.


Sungguh merugi hati mereka akan cinta.

3. Tak pernah Meng-upgrade Penampilan


Terbiasa sendiri dan jauh dari hiruk-pikuk keramaian menjadikan si fakir asmara unpeduli dengan penampilan. Hidup yang dijalani secara swadaya, bagi mereka tak perlu dihiasi pernak-pernik ke-estetikaan dalam penampilan.


Pingin ganteng dan cantik, tapi untuk siapa? 

Biarlah begini adanya. Biar miskin cinta, asal hati melarat. Biar sunyi sepi, asal batin tersiksa. Biar tak ada cinta, asal fakir asmara sampai tua. Biar,,,,biarlah sepi,,,,(ratapan tangis fakir asmara).


4. Selalu Merasa Badlooking


Sejujurnya, mereka gak jelek-jelek amat. Hanya karena terlalu insecure dan over thinking, mempengaruhi percaya diri mereka hilang nyali dan menepi. Padahal mereka percaya dengan ungkapan " setiap orang tak ada yang jelek di mata yang mau menerima".


Minder dengan segala bentuk tubuh dan rupa, tak pernah mereka coba perbaiki dengan upaya memantaskan diri. Hanya pasrah dengan keterbatasan yang mereka bangun sendiri.


Mereka mungkin tak sadar, bahwa untuk menaklukkan sebuah hati tak melulu menuntut bekal tampang dan penampilan. Disana juga butuh kecocokan dalam sikap, kedewasaan dalam sifat, atau bahkan selera humor.


Jika masih berpola fikir dengan cara lama, dan menganggap tampang sebagai sumber kemiskinan cinta satu-satunya. Lalu si fakir asmara bisa apa?


Sesungguhnya dalam konteks ini bolehlah di fleksibelkan makna kata "bodo amat".


5. Selalu MenyebarLuaskan Tentang Kriteria Pasangan Bagi Dirinya


Padahal sesungguhnya, jika mau jujur, kriteria bagi fakir asmara cuma satu saja. YANG MAU.


Mereka cuma sekedar promosi seraya menghibur diri. Kriteria gue, yang setia, pengertian, tanggung jawab dan sayang juga nenek gue. Cerita mereka ke setiap orang yang memungkinkan untuk mendengar, kira-kira seperti itu.


Proses obral status kesunyian hati ini, sudah membudi daya di sanubari si miskin cinta. Meski tak ada signal akan hadirnya seberkas senyum untuk menyapa, namun mereka tetap rela begadang demi harga cinta yang kian murah.


6. Eksistensinya Tak Terdeteksi Di Dalam Komunitas


Kebiasaan suka menyendiri kaum ini, tak sadar terbawa-terbawa ketengah pergaulan dan komunitas. Mereka acap duduk dan berdiri paling sudut. Sehingga tak terdeteksi radar perhatian umat segolongan.


Nyali mereka untuk mencuatkan diri, barangkali cuma nyata di dunia maya. Aktualitas mereka ber-lahan di sosial media bukan di wadah komunitas gerombolan hura-hura.


Pantas saja mereka merasa sepi di tengah keramaian, dan merasa terasing diantara kawanan. Karena komunikasi mereka lintas media, bukan tatap muka berprospek cinta.


7.  Insecure 


Bagi kaum fakir asmara, segala hal yang menyangkut hubungan dan jodoh selalu dibubuhi dengan semangat insecure tanpa batas.


Gue kan jelek mana ada yang mau sama gue. Gue pengangguran, gue urakan, gue bau ketek, panuan, kudisan, dan gue juga beban keluarga.


Jika sudah seperti itu insecure mana lagi yang mereka dustakan? Cerita cinta sudah terlanjur kelar saat kisahnya belum ditulis satu kata pun.


Kenapa tak mencoba berusaha mengubah mindset dan pola fikir. Bukankah sebuah usaha selalu akan melahirkan apresiasi.


Membiarkan diri terlalu terhanyut dalam arus fakir asmara tentu tak gurih bagi hati. Secuil fungsi hati dikreasi yang maha kuasa barangkali untuk lahan tumbuhnya cinta dan kasih sayang.


Jika lahan itu dibiarkan kosong dan tandus, sama saja dengan mengingkari nikmat tuhan yang telah menciptakan mahkluknya berpasang-pasangan.


Menjadi fakir asmara itu bukan takdir nasip, melainkan pilihan yang maha salah bagi hati. Jika sekedar berhalusinasi, dosis setinggi apapun tak akan menyehatkan bagi hati.


Hati perlu diketengahkan dengan sikap dan tabiat yang berpotensi mengundang hadirnya cinta. Bukan disembunyikan dari dunia asmara yang berprospek termajinalkan dalam cinta.


Akhir cerita, setelah menjurnal beberapa ciri dan tanda diatas, semoga dapat terpahami dengan cara seksama dan dalam tempo yang se singkat-singkatnya. Agar kita semua terhindar dari kemelaratan hati, kemiskinan cinta dan fakir asmara.





M💕💕E💕💕S




Share this:

Komentar

  1. Baru denger ada istilah fakir asmara selain fakir kuota :D
    hahahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkckk.buat seru-seruan mas bro, biar imun tubuh naik.n jauh dari corona

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini