Apa Itu Posesif Dalam Hubungan?

Apa itu posesif dalam hubungan? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonseia (KBBI), kata posesif diberi makna : bersifat merasa menjadi pemilik; mempunyai sifat cemburu. Kata ini diadopsi dari bahasa asing dengan bentuk kata asli possessive.


Apakah posesif bagian dari sifat manusia? Dengan atribut memiliki rasa menguasai atau cemburu terhadap sesuatu ?


Jawabannya tentu saja IYA.


Posesif belakangan ini malah dianggap sebagai suatu tabiat dalam mengimplementasikan rasa memiliki berlabel berkelebayan. Hal ini dipengaruhi oleh koridor penggunaan kata tersebut yang sungguh sangat dominan teraplikasi pada lahan pergaulan remaja atau katakanlah seikat hubungan cinta anak manusia.


Seseorang dengan konseptual rasa memiliki, rasa cemburu dan rasa protektif yang dianggap over pemakaian terutama pada pasangan, secara otodidak bin otomatis dianggap posesif. Sungguh agak sedikit keluar jalur sebenarnya. Karena makna kata posesif sendiri seperti dijelaskan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia tak se ekstrem itu.


Tapi ya sudahlah, berhubung sudah terlanjur booming, mari kita sepakati saja bahwa posesif adalah sikap dari rasa memiliki, rasa cemburu dan over protektif yang berlebihan terhadap pasangan. Toh, tak akan ada yang bakal mendebatnya kecuali ahli sastra atau ahli bahasa.



Dalam seutas hubungan cinta, sifat posesif sesungguhnya wajib ada dan patut terealisasi. Posesif dapat dijadikan sebagai simbol serta penanda akan tanggung jawab hati yang mesti berintegrasi dengan rasa saling memiliki.


Hubungan cinta dua anak manusia bila di dalamnya tak berkembang biak rasa saling memiliki, dapat dipastikan durasinya tak akan lama. Atau bisa saja dianggap bahwa ikatan hati tanpa ada rasa saling memiliki, belumlah cukup syarat untuk dikategorikan sebagai sebuah jalinan bermuatan cinta.


Begitu vitalnya rasa memiliki atau sikap posesif untuk keberlangsungan eksistensi hubungan cinta. Hingga ia menjadi top level rasa yang mesti dan wajib ada. Tanpanya, jalinan asmara akan terasa longgar dan mudah terurai. Lalu ambruk meski tak ada badai.


Namun dibalik maha fungsinya, rasa memiliki  akan jadi penyebab serta penyulut rusaknya hati saat salah satu pelaku hubungan cinta terlalu berlebihan dalam penggunaan. Rasa memiliki nan terlalu berlebihan dianggap mengganggu ketenteraman hati bermuatan cinta.


Sesungguhnya tak ada yang salah. Mungkin karena cinta berkolaborasi dengan paranoid kehilangan, maka sikap posesif jadi andalan untuk menyelamatkan suka cita. Bukankah rasa memiliki, rasa cemburu atau bahkan sikap proteksi sangat maha berguna dalam menjalin hubungan cinta berjudul serius? Coba tambahkan saja kata "saling" di depannya! maka paripurnalah stabilitas keamanan hubungan bilateral antar dua kalbu bila mengidap tiga sikap diatas.


Akan tetapi, pada kenyataannya memang wajib diakui. Sikap yang berlebihan dalam urusan memiliki, cemburu dan proteksi, akan menimbulkan rasa risih, dan  terkekang dimana seharusnya minor dalam cinta.


Sebagai pasangan, tentu tiap orang ingin disayang, diperhatikan dan dilindungi. Bukan dikekang, dicemburui dengan random, atau bahkan dijejari dengan aturan-aturan yang bersifat mengikat. Semestinya hal itu tak perlu terlibat dalam urusan cinta.


Cinta tak pernah mewajibkan hati untuk tunduk pada logika yang terlalu sesat jalan. Cinta hanya butuh dikirap seiring sejalan dengan hati dan perbuatan. Tak perlu menambahkan embel-embel niat mempererat tali kekang kepemilikan. Itu hanya akan melahirkan pemberontakan, karena hati juga butuh merdeka dalam memilih langkahnya.


Posesif bisa diperankan siapa saja, tak peduli gender. Pria ataupun wanita sama saja. Selagi masih merasa takut akan kehilangan, selama itu pula sikap posesif akan selalu abadi dan tak terusir.


Sebagai faktor pembeda hanyalah kadar posesif itu sendiri. Adakalanya seorang pencinta, entah karena kadar cinta over budget, atau rasa takut kehilangan yang berbuah fobia, sering lupa arah dalam membina hubungan. Standar baku yang seharusnya tak perlu ada dalam cinta jadi mencuat hingga mematikan nilai cinta itu sendiri. Lantas masih adakah tersirat kata ihklas dan saling percaya?


Kalimat kuncinya, mencinta setulus hati dan apa adanya. Hingga saat datang kehilangan, tentu tak akan merusak fikiran untuk terus bermimpi tentang masa depan.


Bilamana diantara Anda, merupakan pemilik sebuah hubungan yang di dalamnya terisi muatan-muatan posesifitas dari pasangan, ada baiknya temukan cara agar terlepas dari belenggu itu. Membicarakannya secara baik-baik adalah langkah awal yang mesti dimulai saat ini juga. 


Tak perlu ragu atau takut untuk memperdebatkannya asal masih dalam koridor cinta. Dari pada harus merana dalam kungkungan yang sangat kaku dan membatasi hati untuk tumbuh bahagia. 


Asal disampaikan dengan retorika berlandaskan cinta, rasanya tak berlebihan kalau kita meyakini bahwa pasangan yang teramat posesif, bisa memutar balikkan arah sikapnya.


Berdebat di sepanjang jalan cinta, adalah cara hati untuk tumbuh dewasa dan terus merenda asa.

Lalu bagi Anda yang masih dalam masa penjajakan cinta menuju simpul asmara, berikut akan dipaparkan tanda serta gejala sebagai indikator awal dalam menilai pasangan kita. Apakah dia posesif atau tidak?  Harapan saya tentu saja agar pada masa terbentuknya nanti, hubungan tidak menjadi beban dan Anda semua terbebas dari relasi cinta sarat aturan tak perlu dan tak semestinya.

Mengenal Ciri Posesif Pada Pasangan


Selalu Mengintip Dan Ingin Tau Semua Sosial Media Anda



Sosial media belakangan tumbuh jadi wadah tempat mengekspresikan diri. Di ranah ini tentu saja banyak teraplikasi interaksi-interaksi sesama penggunanya. Entah dengan keluarga, teman dan sahabat beserta orang-orang terdekat. Di dalamnya juga terkandung unsur-unsur privasi yang tidak semua orang harus tau selain pengguna akunnya sendiri.


Siapa saja berhak mendapatkan kebebasan dalam menggunakan aplikasi sosial media asalkan dalam koridor yang tak menyalahi aturan dan undang-undang. Namun bukan itu saja, setiap orang juga berhak melindungi privasinya dalam bersosial media.


Kebebasan untuk memilih berteman dengan siapa saja di sosial media, adalah contoh pengaplikasian ranah privasi di aplikasi tersebut. Tak perlu saran dan ijin terutama bagi individu yang sudah cukup dewas dalam menetapkan siapa yang harus di follow, siapa yang harus di unfollow. Itu adalah hak mutlak si pemilik akun.


Apabil Anda dihadapkan pada persoalan dimana Anda wajib memberi tau kepada seseorang terutama pasangan tentang segala aktifitas di dunia maya, maka sudah dapat dipastikan bahwa Anda sedang berurusan dengan individu posesif.


Keingintauan dia atas semua aktifitas Anda di sosial media, merupakan pertanda atau gejala awal sikap posesif. Cara-cara berbahan dasar curiga dengan modus mengintip ataupun mencecar anda dengan barisan pertanyaan panjang yang mendetail, tentang apa, itu siapa, mengapa ada dia, kenapa dengan dia, apa hubungan dengan dia, kenapa harus dia dan bla,bla dia, fix one hundred percent dia posesif ma men.


Langsung saja ajukan diskusi hati dalam forum cinta.

Bukan bertujuan membuka keran pertengkaran, namun lebih kepada pembahasan aturan main cinta yang mestinya tak sampai ke arah sana. Bila dibicarakan secara terbuka dan lebih awal, tentu akan bisa membunuh embrio hubungan yang sakit. Bukankah mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bukankah jika dibiarkan berlarut-larut, akan tumbuh jadi akut dan menyakiti.


Tanggung jawab hati pada hubungan yang telah terpatri lama tentu sungguh sangat besar dalam melibatkan emosi. Apabila diminimalisasi sejak awal, dibicarakan sesuai porsi tentu dibelakangan hari tak akan muncul toxic relationship yang sangat membunuh dan tak diinginkan harapan.


Anda Harus Lapor Dengan Siapa Saja Berteman Dan Dia Wajib Tau Semua Teman Anda



Teman sepergaulan
pexel.com

Sebaiknya Anda lekas sadar bila ciri ini terpampang nyata di sikap pasangan. Tak ada ruang untuk ragu-ragu lagi sobat. Nyata-nyata dia posesif level expert. Kedewasaan sikap pasti akan menuntun kita pada arah pergaulan yang baik dan tak bermasalah. Jika harus dibuatkan daftar lengkap nama-nama teman sepergaulan yang wajib anda registrasi ke pasangan, itu tak obahnya memenjarakan kedaulatan hati.


Cinta tak pernah bermaksud membatasi siapa saja untuk dilabeli sebagai teman atau sahabat. Apalagi menjauhkan pergaulan dan pertemanan itu sendiri. Cinta tak pernah seperti itu. Karena cinta tak bersifat memenjarakan apalagi mengekang. Jika cinta menjauhkanmu dari sahabat dan orang terdekat, maka hubungan cintamu layak dikoreksi atau bahkan diamandemen.


Kesalahan seperti ini tak akan pernah mengemuka, jika pelaku hubungan cinta tak mengusung sikap posesif dalam kadar tinggi. Ada baiknya luangkan waktu untuk jeda dan rehat sejenak. Barangkali hati memang butuh berfikir kembali, untuk lanjut atau cukup sampai disini. Tak perlu memaksakan cinta dalam hubungan yang memiliki banyak spasi dengan dunia pertemanan. Toh, mantan kekasih selalu ada tapi mantan sahabat tak akan pernah lahir.


Memiliki hubungan cinta memang sungguh indah. Tapi memiliki teman dan sahabat adalah keindahan dalam bentuk lain.


Dia Harus Tau Semua Jadwal Dan Aktifitasmu



Memberi kabar tentang keberadaan dan update kegiatan pada pasangan tentu baik dan tak ada salahnya. Tentu akan jadi problem bila tak berkabar tentang status terkini. Yang namanya hubungan,  bila telah berhasil menautkan dua hati sudah pasti juga butuh konsekwensi dalam bentuk komitmen walau belum baku.


Jika sudah tak saling berkabar, pasti tak akan baik bagi hati yang di dalamnya bernaung cinta dan peduli. Ia mesti ada sebagai pembuktian rasa kasih yang selalu memberi peluang untuk rasa cemas dan takut kehilangan.


Namun jika lahir tuntutan wajib tak boleh diingkari, dengan sumber penyebabnya sikap posesif pasangan, maka Anda harus bersiap dengan segala kekesalan hati yang dilarang merdeka dan ber otoritas.


Pasangan yang mengarahkan untuk selalu wajib lapor atas segala urusan dan kegiatan Anda, adalah pasangan yang sudah positif terjangkit virus posesif. Suntikan dan vitamin kebenaran cinta wajib diberikan. Sumber diagnosa cinta mengharuskan dia untuk dirawat hatinya, agar lekas sembuh dan tak menyakiti hati lag. Mesti segera dilakukan dengan prosedur cinta yang benar.


Hatinya mungkin butuh dirawat dari penyakit posesif yang telah menjangkit. Sampaikan saja analisa logismu secara mendalam dan seksama. Siapa tau dia bisa pulih dan berkesempatan untuk jatuh cinta lagi lewat jalur yang sehat dan menyegarkan.



Melontarkan Pujian Bersyarat



Mendapat pujian dari kekasih hati tentu akan sangat membahagiakan. Siapa sih, yang tak akan mabuk kepayang bila mendapatkan pujian tulus dari pasangan? Hati seketika pasti akan berbunga-bunga. Jiwa serasa melayang di sela pelangi. Begitulah dahsyatnya pujian cinta.


Namun siapa nyana, bagi pemilik sikap posesif tak ada makan siang yang gratis, selalu ada kepentingan lain dibalik segala puja puji cintanya. Sikap posesif akan selalu mengarahkan subjeknya untuk memilki sikap pengatur dan pengandali, tak terkecuali diboncengkan dalam kata-kata rayuan atau pujian.


Akan ada syarat tertentu untuk dia abadikan dibalik maha manisnya pujian non ciptaan pujangga. Jika kalian kurang yakin dan percaya, coba simak beberapa contoh rayuan bersyarat sang pemilik sah sikap posesif, "kamu cantik sekali, apalagi kalau kamu berusaha kurusan sedikit lagi, kamu adalah kekasih terbaik sedunia, apalagi kalo kamu dengerin semua kata-kataku, kamu sungguh anggun, apabila dengan gaun pilihanku" dan sungguh banyak sebenarnya rayuan penuh syarat seperti ini.


Jika bukan karena sikap posesif, tentu tak akan eksis pula rayuan-rayuan seperti ini. Bujukan modus melanggar norma-norma asmara berkesucian dalam ketulusan dan kerelaan hati.


Sering Cemburu Tak Beralasan



Cemburu buta
pexel.com

Ditulisan saya terdahulu pernah disampaikan bahwa cemburu merupakan proses validasi terhadap cinta. Tanpa rasa cemburu cinta bukanlah cinta yang sesungguhnya. Melainkan cuma sekedar permainan hati untuk mendapatkan status berpasangan alias pemutus mata rantai kejombloan. Karenanya, cemburu mesti ada dalam sikap mencinta. Sebagai perwakilan rasa sayang dan memiliki,  serta perwujudan sikap tak ingin kehilangan.


Namun anehnya, bagi pemilik sifat posesif, cemburu acapkali tak mengenal sumber pasti dan kejelasan data. Sikap cemburu seolah-olah dipaksakan harus ada meski tanpa dasar yang bisa diperdebatkan alasannya.


Cemburu buta, mungkin itulah istilah jadul masih terpakai hingga saat ini. Sikap cemburu dengan tidak mengetengahkan kejernihan logika dalam mencerna musabab. Apa-apa cemburu, sedikit-sedikit dicemburui, lalu cemburu mana lagi yang belum sempat hadir? Jika semua sumber tak pasti telah habis terpakai sebagai pembenaran sikap cemburu itu sendiri.


Haruskah sikap cemburu diekspose sedemikian rupa tanpa melakukan cek dan ricek keabsahan data. Rasanya terlalu naif jika mesti cemburu dan cemburu lagi. Namun apabila sudah terlanjur posesif tingkat malaikat, apa boleh buat.  Persiapkan saja diri dengan segenap beban hati yang semestinya ringan dan tak perlu ada.


Bagi pemilik atau calon pemilik pasangan yang seperti ini, jika masih berniat melanggengkan keberlangsungan hubungan, maka anda perlu ekstra kerja keras di dalam cinta. Sikap cemburu tak jelas juntrungan susah disembuhkan dan diobati. Bila dirasa cukup modal kesabaran, layaknya anda tetap berjuang memperbaiki cemburunya dia. Namun bila sudah jengah dan tak tahan lagi. Sudahi saja, barangkali masih ada hati lain untuk ditemukan dan dimiliki tanpa beban dan syarat wajib.


Selalu Mengatur Dan Mengarahkan Anda Pada Pilihannya



Seolah-olah semua pilihan kita buat selalu salah. Justru hanya pilihan dialah yang selalu terbaik. Parahnya, kita dipaksa untuk memilih atas dasar pilihan sang posesif. Semua aturannya akan mengarahkan Anda untuk selalu seiring seirama dengan maunya dia. Anda hanya akan jadi objek akan sikap intolerannya terhadap kebebasan memilih dan menentukan pilihan


Akan banyak data tak pasti untuk memancing lahirnya sikap paksaan untuk menaati. Jika timbul kesangsian dan ragu, maka si posesif dengan serta merta akan mengeluarkan berjuta argumen untuk pembenaran. Tak akan pernah ada lagi kebebasan hati untuk bertindak sesuai maunya hati.


Yang ada hanya maunya dia, keinginan dia, atas dasar rencana dan ke posesifan dia. Anda hanya akan jadi patung tanpa mimpi, tanpa angan dan harap hati. Karena semua telah diwakili dia. Pasangan posesif tiada guna. Semua hanya bernilai guna bagi keberlangsungan sikapnya yang sungguh haus dengan rasa memiliki  terlampau maha tinggi melewati batas wajar yang menyakiti hati.


Posesif mungkin perlu dan boleh saja asal sewajarnya. Jika dirawat dan tumbuh dewasa, maka dia akan jadi benalu di pohon cinta.

Mengenal dampak sikap posesif sejak dini, saat hubungan cinta masih berusia belia,  sungguh akan sangat bermanfaat bagi kesejahteraan hubungan. Setidak-tidaknya, Anda tak akan terbawa arus hingga terhanyut pada sebuah hubungan cinta  tak sedap rasa. Karena di dalamnya bernaung sikap posesif pasangan yang melewati kadar diatas sempurna.




M💗💗E💗💗T




Share this:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini