Jodohku Siapa?

Jodohku siapa?

Memiliki jodoh lalu menikah. Membangun rumah tangga, memiliki anak, lalu berjeda iklan kebahagiaan hingga tua. Khayalan dengan tingkat kesyahduan maha paripurna. Semua pelajang pasti berharap demikian. Mengembangbiakkan harapan dalam penantian. Mengharap semesta turun tangan menghadirkan pertemuan. Oh tuhan, cepat hadirkan manusia idaman, tempat berteduh dikala hujan, ruang penitipan hati hingga kepala beruban, pembasmi dingin pencetus kehangatan.


Jodoh nan digadang-gadang nyatanya masih berwujud tanda tanya. Berjuta sangka tak berkesudahan meski tuhan telah menjamin mahkluknya berpasang-pasangan. Ya gimana, sudah ratusan purnama terlewatkan signal kehadiran jodoh belum juga terdeteksi paripurna.


Lalu, apa penjawab tanya jodohku siapa? Sosoknya seperti apa? Alerginya akan apa? Ukuran sepatunya nomor berapa? Hobby dan cita-citanya bagaimana? 


Begitu banyak tanya mengiringi rasa penasaran dalam penantian cinta. Begitu maruk waktu tersita. Nyatanya jodoh bukan piala sebagai tanda kemenangan perayaan cinta.


Bagi fakir asmara, berikut jawaban atas tanya "seperti apa jodoh saya?"


Let's check this out!

Jodohmu Seperti Engkau Memperlakukan Orang Tua. Jika Engkau Memperlakukan Mereka Baik, Maka Jodohmu Juga Baik


Masih ingatkan pesan mahacinta terdahulu? Yup betul. Dua hal yang tidak boleh ditunda-tunda di waktu muda, mengejar cita-cita dan berbakti pada kedua orang tua.


Apa korelasi antara jodoh dengan berbakti pada orang tua?


Ridho Allah ada di dalam ridho kedua orang tua. Maka berbaktilah pada mereka berdua, niscaya semua urusanmu akan dipermudah. Tak terkecuali urusan jodoh beserta kroni-kroninya.


Periksa lagi bagaimana hubunganmu dengan ayah dan ibu. Apakah Kamu sudah memperlakukan mereka secara mulia. Sudahkah Kamu menyelipkan nama mereka dalam setiap do'a.


Kelak Kamu akan menemukan sosok jodoh yang juga mengagungkan kehormatan kedua orang tuanya. Begitu besar jaminan tuhan atas hambanya. Jika sudah begitu, jodoh seperti apa lagi yang Kamu tanya?


Introspeksi Dirimu! Karena Sesungguhnya Orang Baik Hanya Untuk Orang Baik, Begitupun Sebaliknya


Seperti apa dirimu, begitulah jodohmu kelak.

Teori ini berdasar pada Al-Quran surat An Nur ayat 26.

"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik."

Sang pencipta sendiri yang menjamin pilihan jodoh bagi umatNya. Jika sumbernya adalah kitab suci, lalu urusan jodoh mana lagi yang Kau ragukan?


Memantaskan diri merupakan kata kuncinya. Menjadi orang baik bukanlah hal yang sia-sia belaka.


Jodoh Akan Datang Saat Kamu Benar-Benar Sudah siap


Kedengarannya seperti kamuflase. Aku sudah kerja dan punya penghasilan tetap. Aku sudah berada di usia yang cukup matang untuk menikah. Aku sehat jasmani dam rohani untuk jadi seorang suami. Aku cakap mengurus rumah dan memasak. Lantas kenapa jodohku belum menampakkan diri?


Nyatanya harapan melabuhkan hati pada kebimbangan tak berujung. Padahal menikah bukan hanya urusan ekonomi. Menikah juga bukan hanya urusan kebutuhan psikologis. Menikah juga bukan hanya urusan mencari nafkah dan mengabdi. Menikah tak sesederhana itu sobat.


Rumah tangga butuh seorang nakhoda. Seorang pemimpin layaknya imam. Seorang yang mampu mengubah akhlak perempuan. Ma'af, kalau hanya urusan makan, binatangpun bisa mencari makan. Apakah Kalian sudah mempersiapkan diri jadi pejantan calon imam? Jika belum, jangan tanya dulu jodohku siapa?


Setali tiga uang, rumah tangga juga butuh manejerial urusan  harapan. Seseorang yang sanggup menopang misi hari depan. Seorang makmum bukan pelayan apalagi pesuruh. Sanggup berdiri di belakang imam seraya menepis godaan setan. Mumpuni dengan keterampilan membesarkan titipan tuhan.


Tangkas tapi tunduk pada kodrat pemberian tuhan. Handal mengatur angka-angka pembeli mimpi. Punya kapasitas level atas dalam mengabdi tanpa embel-embel diskriminasi. Seorang yang bisa menyokong semangat si petarung mimpi. Pandai menempatkan diri dalam membangun kesamaan visi. 


Jika belum sanggup jangan tanya lagi siapa jodoh diri ini?


Jodoh Bukan Tentang Mencari Kesamaan Melainkan Tentang Menerima Perbedaan


Jodohku siapa? Apakah dia? Kita sudah sama-sama dewasa. Kita memiliki hobby dan kesukaan yang sama. Saya suka traveling dia juga. Kami sama-sama memiliki watak serupa. Sama-sama pendiam dan tak banyak bicara. Saya suka menonton drama korea tak ubahnya seperti dia. Sepertinya kami jodoh.


Mungkin dia calon imamku. Dia suka baca Al-Quran sama sepertiku. Dia selalu ibadah berjamaah seperti pria dalam anganku. Dia sangat dewasa dalam berperilaku sama dengan pria yang ada dalam khayalku. Kami sepertinya memilki banyak kesamaan dalam nyata dan ilusi.


No, no, no sobat! Menerima kebaikan seseorang hanya akan berujung puji tak berkesudahan. Bagaimana dengan kekurangan sebagai sumber perbedaan?


Aku gak mau kelak punya istri suka keluar rumah lalu berghibah. Aku gak mau kelak punya suami perokok dan rajin nongki. Aku gak mau punya istri tak bisa masak. Aku gak mau punya suami pegawai swasta atau buruh pabrik. Aku gak mau punya istri kang shopping yang hanya ngabisin duit buat skin care. Aku gak mau punya suami pemarah dan tempra mental. Aku gak mau seperti itu, begitu, dan tidak seperti ini.


Hello, jodoh bukan tentang keinginan menyama-menyamakan persepsi. Jodoh bukan ekspektasi dalam kesamaan mimpi. Kesempurnaan hanya milik sang pencipta. Tak seperti manusia bercelah kekurangan di mana-mana. Jika jodoh diperjualbelikan secara terbuka, bolehlah Engkau pilih sesuai selera.


Jodoh bukan tentang mencari kesamaan melainkan menerima perbedaan. Jodoh bukan tentang mengukur kehebatan melainkan mencari kurang untuk ditambal. Tak akan ada pria hebat tanpa dorongan wanita sebagai pelengkap. 


Perbedaan itu indah jangan tutupi dengan ekspektasi. Justru di sanalah akan tercetus kesamaan visi meski silang pendapat mendahului. Berbeda itu indah dan obat bagi kejenuhan. Kekurangan itu lumrah karena manusia tak ada yang sempurna. Kelak jodohmu akan hadir sebagai penyeimbangnya. 


Jika Kau bertanya siapa jodohku, barangkali itu dia. Dia dengan segala kurangnya yang kelak bakal kau eliminasi. Dia yang hanya bahan mentah untuk Kau jadikan barang jadi.  Dalam sebuah industri bernama keluarga.


Jodoh Datangnya Dari Tuhan Maka Mintalah! 


Jodoh datang atas undangan tuhan. Bukan dari faktor mak comblang apalagi cie cie temans. Maka jangan berhenti di tahap bertanya jodohku siapa? Lanjutkanlah dengan meminta padaNya.


Meminta dengan kesungguhan hati. Selipkan nama dia yang kau damba sebelum aamiin di setiap do'a. Jika belum ada kandidat nama, memohonlah padaNya di tiap sepertiga malammu. Minta untuk dipertemukan dan didekatkan. Gitu aja kok repot!


Maka apa yang Engkau khawatirkan tentang "siapa jodoh saya?" Tak layak berlama-lama hinggap di angan. Jodoh bukan urusan menemukan melainkan takdir yang menentukan dalam kapasitas telah melewati segala urusan nan berkaitan.


Pantaskan saja diri Kalian! Dengan cara berbakti pada orang tua, menjadi pribadi berbudi luhur, menerima kekurangan manusia lain dan berdo'a seraya meminta pada tuhan.


Jodohku siapa


Ada di kereta cinta selanjutnya. Dia menunggu musim baru menawarkan tiket harapan dari uluran tangan kekasih. Dia sedang menghisap sebatang rokok seraya melinting rindu. Menyembah kesendirian menuggu titah tuhannya mimangmu di hulu pagi.






M💕💕E💕💕S



Share this:

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini