Asal-Usul Pacaran Serta Bagaimana Islam Memandangnya

Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Jika Kalian ditanya, "tau pacaran itu apa?" sudah pasti semua tau bahkan kenal dekat. Tapi apakah diantara kita paham dari mana asal muasal istilah pacaran ini? Jika belum, mari simak baik-baik! Dari pada menghayal seraya meningkatkan taraf halusinasi pasal asmaraloka, lebih baik kita mulai operasi bedah diksi di meja logika paling murni.



Sejarah Asal Muasal Pacaran


Dari berbagai sumber yang saya peroleh dalam masa bersemedi, ternyata ada dua versi sejarah awal mula pacaran. Ada lokal maupun interlokal internasional. Tak perlu diperdebatkan mana satu yang benar. Dua-duanya dapat menambah khasanah pengetahuan umum Kalian. 


1. Pacaran Berasal Dari Budaya Muda-Mudi Barat


Tradisi pacaran konon kabarnya bermula pasca berakhirnya perang dunia pertama di Amerika serikat. Kebiasaan remaja belum menikah ketika itu. Saat pria mulai tertarik pada pesona nona-nona barat, mereka akan menggelar kegiatan kunjungan ke rumah sang gadis.


Lama-kelamaan hal ini jadi tradisi tak resmi. Kala itu setiap pria yang berniat mengundang si gadis untuk jalan-jalan akan mengawali dengan ritual bersih-bersih, mandi, cukuran, hingga potong rambut. Syarat mutlak seorang gentlement, harus tampil se macho mungkin saat bertandang ke kediaman nona kesayangan.


Beruntungnya para gadis ketika itu, mereka tak ada yang dicomot di pinggir jalan, tak ada yang dijemput di depan gang. Harga diri dan pesona kecantikan berada pada tempat paling atas. Bahkan si pria rela menghamburkan uang demi sekedar menyewa jas ataupun stelan pembungkus keeleganan. Pacaran di masa awal lahirnya sungguh tradisi elegan.


2. Tradisi Orang Melayu


Pacar sebenarnya berasal dari bahasa melayu, sebutan sebuah tanaman pemerah kuku (inai). Dalam literasi melayu, pacaran sesungguhnya aktifitas yang menjujung tinggi adat ketimuran. Penjaga batas pergaulan antara laki-laki dengan perempuan yang belum melewati proses peng"halal"an.


Dalam adat melayu dulu kala, pacaran merupakan suatu kondisi bahwa sudah adanya itikad dari laki-laki untuk membina hubungan berlabel serius dengan gadis pengganggu decak kagum untuk dijadikan pasangan sah sesuai ajaran adat maupun agama.


Lalu kepada mereka dibuatlah tanda ikatan berupa warna di jari kuku masing-masing hasil olahan daun pacar. Sebelum diberi simbol daun pacar atau inai dijari masing-masing, si laki-laki akan terlebih dahulu melaksanakan kunjungan bilateral ke rumah si gadis. Konon kabarnya pada momen ini si pria akan memainkan seruling atau berpantun untuk menarik perhatian calon bapak mertua.


Ternyata pacaran cara lama sudah mengalami pergeseran nilai dan degradasi tradisi hingga kini. Restu orang tua mesti eksis terlebih dahulu sebelum ungkapan cinta. Sungguh elegan, beradab, beradat dan beragama.


Tak seperti sekarang, pacaran terselenggara tanpa restu orang tua. Bahkan nyaris teraplikasi secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi dari hendusan orang tua. Jauh dari adab, adat dan nilai-nilai keagamaan.


Lalu bagaimana pandangan agama, terutama islam dalam menginterpretasikan makna pacaran di kalangan remaja?


Hukum Pacaran Dalam Islam


Islam tidak mengenal istilah pacaran. Hubungan dalam jalur kedekatan hati antara manusia berlainan jenis yang bukan muhrim jelas-jelas dinyatakan haram. Alasannya cukup jelas, selain lebih banyak mudharot dari pada manfaat, pacaran dinilai mendekatkan seseorang pada perzinaan.



Dalil sebagai landasan keputusanpun cukup jelas. Dimana dalam kitab suci alquran Allah Ta'ala berfirman


وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلً
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17] : 32)


Lalu masihkah ada peluang legalitas pacaran beda agama dalam islam? Sedang pacaran seagamapun masih dilabeli haram karena menjurus dosa.


Maka dengan tegas dapat diambil kesimpulan bahwa pacaran beda agama dalam islam jelas melanggar syariat.

Tapi kalau terlanjur jatuh cinta gimana dong? Ya anggap saja perjuangan dalam kondisi ini memiliki tantangan ganda. Selain menaklukkan hati si dara jatuh dalam pelukan cinta, meluluhkan keyakinannya untuk berpindah agama syarat mutlak bernilai pahala. Alangkah bahagia, mendapat cinta sekaligus bermandi pahala. Gitu aja kok repot.




M💕💕E💕💕S






Share this:

Komentar

  1. Wah wah kajiannya cukup mendalam uda. Ilmu baru pengetahuan baru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasi unchu saling berbagi manfaat bagi sesama walau dengan cara receh🙏

      Hapus
    2. Haha ga ada yg receh Uda. Tergantung orang menilainya. Sesuatu akan bernilai sangat luar biasa jika di nilai dengan tepat dan sudut kelengkungan yang benar. Termasuk ulasan Uda. Keren. 👍

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini