Kekerasan Dan Diskriminasi Terhadap Perempuan

Kamulah mahkluk tuhan yang tercipta yang paling sexy

Sebait lagu lantunan Mulan Jameela, dan cukup ngehits beberapa tahun silam. Sebuah lagu pandangan umum wanita terhadap laki-laki yang diinginkannya. 

Lhaa,,,kok bahas laki-laki,,?

Sabar bos and sist qiu,,,

Bila merujuk pada kodrat manusia yang diciptakan oleh tuhan, tentu tak bisa dilepaskan dari sejarah awal mula penciptaan manusia. Perdana release adalah laki-laki alias ADAM. Setelah itu barulah hadir kreasi tuhan yang tak kalah fantastis, diolah dari tulang rusuk sang Adam hingga membentuk senyawa hidup yang bernama asli perempuan kadang wanita kita menyebutnya.

Jadi,,,,
Adalah sebuah dosa besar bila membahas segala hal tentang wanita tanpa diawali sepenggal cerita pembuka dari pendahulu yang merangkap juga selaku lawan jenisnya, siapa lagi kalau bukan laki-laki bin pria. Itu kata si dung dung pret mantan tetangga saya yang tlah lama hilang.

Awal kisah, tuhan bermanuver menciptakan seonggok mahluk dari seonggok tanah dan kepadanya ditiupkanlah roh, yang pada akhirnya tecipta sesosok laki-laki, yang dikemudian hari menjabat kursi bumi-1, kata si dung-dung pret biar lebih keren diberi julukan The Earth Number One Cityzen.

Tak lama berselang hadirlah Hawa (Eva), yang didaulat jadi tambatan hati si Adam. Ter create dari tulang rusuk Adam, Hawa tumbuh menjadi pendamping setia tanpa cela, dan kelak menjadi ibu dari seluruh umat manusia di muka bumi.

Jadi,,,,,
Bagi para pria dimanapun anda berdomisili, jangan heran bila wanita berkarakteristik keras dan terkadang bengkok persis tulang rusuk, jangan paksa luruskan mereka, karna pasti nanti kan patah. Itu bukan kata si dung dung pret.

Sekarang mari kita kerucutkan ke satu tema objek, Perempuan atau Wanita.

Secara harfiah, hanya ada empat kodrat wanita yang tak terbantahkan, bahkan oleh thanos atau dajjal sekalipun. Biar tidak bias, perlu sedikit dijelaskan, kodrat yang dimaksud disini adalah peran istimewa yang tak tergantikan oleh pria bahkan sekaliber Mike Tyson sekalipun. 

Empat Kodrat manusia pemikat kalbu pria ini adalah : menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.

Empat peran maha penting tersebut diatas hanya mampu  dilakoni oleh wanita. Jika anda para pria yang memiliki kepentingan, berhajat untuk mewakilinya, barangkali sejarah akan mencatatnya tanpa tinta alias sebuah ke sia-sia an belaka. Anatomi dan struktur organ pria tak dirancang untuk itu. So,,,,Don mek it hepen.

Wanita adalah mahkluk spesial dengan keistimewaan tanpa banding, tanpa nya tak akan ada kehidupan manusia di muka bumi, air susunya adalah pencetus darah, daging dan tulang insan baru penghuni kolong langit. Belaian lembut ujung jarinya tak berharap pamrih yang berlebihan. Bahunya tempat sandaran keluh kesah generasi perengkuh asa, dekapannya adalah surga dunia terindah, dan tak cukup kata untuk melukiskan harum wanginya si wanita.

Dengan segudang keistimewaan itu, pantaskah mereka di letak kan di bawah ketiak hina pria apa saja ?

Rasanya tempat ter elok bagi mereka adalah di dalam lingkaran rasa aman, buah kokohnya pergelangan tangan si jantan.

Namun pergantian musim dan perputaran roda waktu yang bengkok, telah menghantarkan dunia ke titik paling tercela. Faktor perubahan zaman yang tak lagi muda membungkam wanita, dan terperosok dalam lingkaran setan berjuluk kekerasan dan diskriminasi.


Abad ini menghadirkan berjuta tajuk tentang wanita, dan jika mesti jujur, berita dan kabar miris adalah dateline dan menu utama, tersaji di tiap hari dengan berbagai variance rasa, menambah nikmat bagi para pembaca cerita pilu si wanita.

Kekerasan hingga pembunuhan, perkosaan hingga bully an,  diperdagagangkan baik secara tersembunyi higga berkedok komersil, bahkan hingga perbudakan, adalah contoh aksi yang menjadikan perempuan sebagai objek bersimbah getir dan kepedihan.

Bahkan di lingkungan terkecil seperti keluarga sekalipun, dimana seharusnya perempuan mendapatkan rasa aman dan perlindungan, namun siapa nyana, wanita bernama lain perempuan ini justru mendapat ketidak adilan dalam bentuk populisnya bertajuk kekerasan dalam rumah tangga.

Tak jarang kita mendengar kabar berita tentang seorang ibu dianiaya anak kandungnya, seorang istri yang dipukuli bahkan ada yang dibakar suaminya, seorang anak gadis di perkosa bapak kandungnya, dan masih banyak lagi kabar miris berjuta lara si wanita.

Begitu juga di lingkungan yang lebih luas, sudah bukan kisah langka lagi saat kita mendengar perempuan diberlakukan tidak senonoh dan dilecehkan di tempat umum seperti bis dan kereta api, di lingkungan pekerjaan bahkan di tempat ibadah sekalipun.

Betapa hidup bersikap sungguh tak adil bagi berbagai golongan perempuan.

Meskipun partisi hukum pelindung hak-hak bagi perempuan telah teregulasi secara mapan, yang tertuang dalam berbagai undang-undang dan peraturan, namun masih saja menjauhkan keadilan bagi mereka. Barangkali bukan karena undang-undangnya yang tidak ber esensi rasa adil, mungkin karena praktisi pencetus regulasinya adalah laki-laki yang anti akan kiprah perempuan, dan pada akhirnya tetap menancapkan kuku tajam FEODALISME yang telah berurat berakar sejak lama.

Ya,,,,,,
Sikap feodal dan tak permisif pada perempuan adalah pemantik api kekerasan dan diskriminasi bagi mereka.
Perempuan tidak wajib didengar suaranya, apalagi bersuara. Perempuan tidak layak mendapatkan peran penting dalam roda kehidupan meskipun telah ada kementrian pemberdayaan perempuan.

Bukan cuma kekerasan dan ketidakadilan semata problematika perempuan. Namun ada satu sisi mata uang lagi yang bertitel diskriminasi.

Kata ini seolah melekat pada biodata resmi perempuan. Tak perlu menyebut banyak contoh, semua kita pasti tau dan sadar betul, bagaimana terjalnya jalan bagi perempuan yang ingin jadi pemimpin yang diakui, bagaimana sulitnya perempuan mendapatkan hak asuh atas anak kandungnya dalam kasus perceraian, bagaimana minimnya kuota untuk perempuan diterima dalam dunia kerja, bagaimana tajamnya hukum bagi perempuan pada perkara-perkara remeh seperti mencuri batang kakao, bagaimana
regulasi-regulasi janggal yang mewajibkan perempuan melaksanakan tes keperawanan jika hendak terjun ke bidang karya tertentu, bagaimana kecilnya ruang gerak yang diberikan saat perempuan yang hendak meng ekspresikan dirinya, atau,,,,bagaimana perempuan dianggap sebagai pemicu atas perlakuan tidak senonoh dan pelecehan yang dialaminya, dan masih segunung "bagaimana-bagaimana" lainya.

Lantas, mau dibawa kemana setumpuk persoalan perempuan ini?

Sebagai langkah awal, sangatlah bijak bila kita berseru akan penghapusan mengkultuskan sikap feodalisme terutama bagi golongan laki-laki pemegang utama tongkat peranan.

Langkah selanjutnya adalah, memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan untuk mengakses hukum sebanding dengan pria. Hal ini sangat penting mengingat masih sangat rendahnya pengetahuan akan hukum terutama bagi perempuan-perempuan di sudut pelosok.

Langkah maha penting adalah menempatkan perempuan sebagai pendamping sempurna, bukan sebagai pelengkap yang sewaktu-waktu bisa diekspolitasi apalagi secara berlebihan.

Tuhan menciptakaan kita berpasangan agar saling melengkapi satu sama lain, agar tercipta keseimbangan yang tak sementara.

Kembali saja ke kodrat kita selaku mahkluk tuhan. Dimana diletak kan pondasi agung agar saling membutuhkan, bukan saling jajah satu sama lain di jumlah variace gender yang hanya dua.




M=====E=====S











Share this:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Mood Booster Terbaik Pasca Putus Cinta

Self healing Terbaik Pasca Putus Cinta