10 Langkah Menuju Bahagia Merayakan Cinta

Tujuan akhir dari sebuah hubungan yang terjalin erat atas dasar cinta, tentu saja sebuah lembaga sakral yang berinisial pernikahan. Setiap pelakon cinta pasti menginginkan sebuah langkah besar menuju ke arah sana.


Namun dalam perjalanannya, terkadang terlalu banyak kerikil-kerikil tajam yang bisa melukai hati dan cinta. 


Ego yang masih belum bisa disatukan dalam perbedaan, hingga faktor keluarga, adalah komoditi utama penghasil prahara kandasnya cinta sebelum berlabuh. Minimnya keterbukaan hati, tanpa disadari juga memberi imbas ke arah sana.


Lalu, kapankah tiba masanya, merayakan cinta dalam tautan tradisi dan religi?
Bila dua hati yang tlah lama bersatu, masih belia dalam menyikapi setiap persoalan yang menghampiri.


Bukankah pergantian musim dan kuantitas pengorbanan yang tak sedikit, telah sukses dilalui sebagai batu sandungan ujian cinta.





Ternyata, membawa sebuah hubungan ke arah yang lebih berani, butuh energi ekstra. Tak gampang begitu saja untuk dilalui. Kadang tak cukup dengan menyatukan ego dua keping hati, tapi koridornya jauh lebih besar dan panjang. Disana sudah mulai terbentuk embrio keterlibatan keluarga yang tak dapat dihiraukan bathin.

Di saat-saat menjelang lahirnya piagam kesepakatan menjelang pernikahan, justru di situlah muncul ujian dengan kadar terpaan yang lebih dahsyat. Bila tak pandai dan tak serius menyikapinya, tercapainya kata sepakat akan makin jauh dari genggaman, bahkan tak jarang jalinan yang tlah lama menautkan hati, bisa terbuka simpulnya dan tercerer di persada logika yang sering dangkal.


Atas dasar itu, ijinkan rangkaian kata dan kalimat berikut, jadi penuntun dua hati dalam kegelapan sikap yang telah lama ingin mendaratkan nafsu cinta dalam kemurnian estetika bersimpul adat dan agama.


Bila kalian adalah dua hati yang telah sepakat jadi satu menuju pernikahan, simak dan hafalkan ayat-ayat berikut.


10 Langkah-Langkah Menuju Bahagia Merayakan Cinta



1. Bangun Sebuah Hubungan Yang Tujuannya Adalah Pernikahan



Menjalin cinta terutama di usia yang telah matang, tentu butuh dedikasi dan tanggung jawab. Pada tahap ini, pasangan bukan lagi hanya sekedar pendamping saat berjalan. Tapi perannya jauh lebih dalam maknanya dalam kata tanggung jawab.


Pasangan adalah komitmen untuk hari depan. Tempat mengolah asa hingga membentuk tujuan yang sama.


Tak pantas lagi menempatkan hura-hura dan kesenangan hati jadi nilai utama dari sebuah hubungan.


Bertanggung jawab pada cinta, adalah ciri sebuah hubungan yang akan langgeng hingga pernikahan, dimana rasa tak lagi jadi perdebatan, tapi telah melebur jadi satu menuju singgasana keabadian.


2. Jalin  Komunikasi Yang Berkualitas Dan Bertanggung Jawab



Berkabar adalah kata kuncinya. Tak perlu diminta sebelum merespon. 

Komunikasi yang baik adalah cerminan telah terjalinnya api cinta yang tak gampang padam. Karena dalam komunikasi terpampang nyata bentuk tanggung jawab hati.


Pasangan yang selalu memberi kabar dan keberadaan pada orang terkasih, cenderung akan membawa rasa bahagia bagi pasangannya. Bukankah hati yang telah terpaut cinta akan merasakan risau dan kegalauan saat tak dapat kepastian kabar dan keberadaan si jantung hatinya.


Komunikasi yang intens dan berhiaskan kata-kata indah akan memperkecil ruang rindu yang tak sesaat. Dalam indahnya lukisan kata-kata, akan tergambar kualitas komunikasi yang tak hambar. Maka komunikasi yang indah akan menggambarkan bentuk tanggung jawab sikap dalam merindu dan mencinta.



3. Jauhkan Sikap Ego Individual



Setiap manusia tentu memiliki ego masing-masing,  dan yang sering over dijuluki egois.


Saat dua keping hati telah berkomitmen jadi satu. Tentu bukan pilihan yang bijak bila terus mengusungnya lebih tinggi dari pada ego sebuah hubungan.


Kepentingan emosi pribadi tentu telah memiliki ranah tersendiri untuk tetap eksis. Namun komitmen yang telah tercipta, harusnya berada di depan. Agar tak banyak lagi timbul perdebatan yang bersumber dari ego sesaat yang penuh rasa individul.


Utamakan semua kepentingan dari sebuah hubungan. Tak ada lagi terminologi aku dan kau, tapi kita.



4.Saling Terbuka Dengan Kekurangan



Sudah bukan waktunya lagi mempertontonkan kelebihan dan kehebatan semata pada pasangan yang ingin anda ajak hidup bersama dalam sebuah keluarga.


Mengetahui secara lebih rinci materi pembentuk kepribadian pasangan, hendaknya diusung, serta menipiskan  sisa-sisa rahasia pribadi yang semestinya tak eksis lagi.


Saling terbuka akan kelemahan masing-masing, serta terbuka dengan masa lalu, akan membentuk sikap saling percaya. Dan kualitas cinta tak akan perlu dipertanyakan lagi.



5. Libatkan Keluarga



Selaku orang timur, adat dan kearifan lokal tentu masih sangat kita pegang teguh. Apalagi agama dengan peran pentingnya.


Sebuah hubungan tanpa ada keterlibatan keluarga di dalamnya, tentu tidak menggambarkan adat ketimuran kita sama sekali.


Keluarga dan orang tua memiliki peran penting dalan keberlangsungan sebuah hubungan yang berdedikasi pada pernikahan. Tanpa restu keluarga dan orang tua maka tak ada legalitas sebuah hubungan.


Maka jangan ragu, libatkan mereka dalam kisah cintamu, hadirnya akan memberi warna, dan kan menjadikan sebuah hubungan penuh dengan tanggung jawab rasa.


6. Belajar Dari Pasangan Panutan



Bila disekitarmu ada pasangan yang telah lama menempuh hidup dan memiliki kualitas keharmonisan yang layak ditiru. Tak ada salahnya mengikuti jejak atau bahkan menjadikan mereka sebagai panutan untuk bahan percontohan sebuah hubungan yang taat azas cinta.


Terlalu berlebihan jika harus menyewa jasa konsultan cinta atau pernikahan. Mencontoh pada yang masih nyata dan eksis tentu lebih memberi nilai manfaat.


Pelajari kiat mereka dalam menjalani sebuah hubungan hingga tetap survive ditengah badai sekalipun. Pasti banyak nilai positif yang akan didapat, jika kamu bersedia membuka hati akan sebuah nilai contoh yang telah teruji.


Pasangan panutan bisa saja berasal dari keluarga, saudara dekat, bahkan sahabat yang telah dulu hadir di gerbang pernikahan. Atau bahkan orang tua. Mereka tak akan pelit dengan pengalamannya melalui sebuah hubungan yang penuh lika-liku.


7. Belajar Menghitung Waktu



Jangan biarkan waktu berlalu begitu banyak, bila dua hati telah merasa siap melangkah maju menuju gerbang pernikahan. Mengulur-ulurnya bahkan akan melahirkan masalah baru yang tak mustahil akan mencetus badai prahara.


Untuk apa berlama-lama membina cinta, jika segala faktor pendukung untuk meningkatkan derajat cinta ke tangga yang lebih tinggi telah  memberikan restu untuk proses peresmian dan pembakuan.


Hubungan akan terasa statis dan menjemukan bila tak segera mengambil langkah berani. Bukankah pernikahan akan memberi ketenangan hati bagi para pencinta. Makanya dia dianggap sakral dan suci.


So,,,,


Segeralah urus segala dokumen surat menyurat ke KUA. Jangan terlalu lama untuk menghalalkan dia.


8. Mulai Pelajari Sisi Finansial



Tak ada salahnya memulai langkah hitung menghitung keuangan bersama pasangan. Walaupun belum resmi, gambaran finansial di masa depan layak untuk di kalkulasikan sejak dini.


Sangatlah bijak di sebuah hubungan telah memiliki tabungan bersama untuk masa depan. Nilai lebihnya akan berimbas pada tumbuhnya rasa tanggung jawab.


Finansial memang bukan prioritas utama penghasil kebahagiaan, tapi tanpanya masa depan untuk sebuah ikatan pernikahan akan sangat sulit untuk diwujudkan.


9.Tujukkan Keseriusan Hubungan Pada Orang-Orang  Disekitar



Jika ingin sebuah hubungan langgeng sentosa hingga pelaminan, peran orang-orang terdekat, seperti keluarga, teman, atau rekan kerja tidaklah bijak untuk dikesampingkan.


Orang yang ada disekitar akan sanggup menilai kualitas sebuah hubungan, layak atau tidaknya untuk tinggal landas menuju pernikahan. Bahkan tanpa kita sadari, bukan tidak mungkin diantara mereka ada yang memiliki nasehat cinta yang akan anda dapatkan secara percuma.


Namun bukan berarti harus mengingkari ranah privasi, yang semua orang belum tentu berhak ikut andil dalam peradaban hubungan anda.


Melibatkan orang sekitar untuk pamer keseriusan sebuah hubungan, akan mengaktifkan kolom komentar, yang artinya bukan untuk mendapatkan decak kagum, tapi lebih kepada arah evaluasi yang mungkin saja datang dari salah seorang dari mereka.


10. Persiapkan Diri Untuk Merayakan Cinta



Banyak hal sesungguhnya yang perlu dipersiagakan menuju singgasana cinta, selain restu orang tua.


Keuangan, mental dan kesehatan adalah variance utama yang wajib available.


Keuangan adalah chart teratas. Segalanya tak bakal mungkin terlaksana tanpa adanya lembaran-lembaran nominal pembeli kesempatan dan harapan.


Mental adalah faktor penting penumbuh sikap yang berkeyakinan. Tak ada tempat lagi untuk tumbuhnya keragu-raguan, adalah cerminan mental sempurna calon pengantin cinta.


Terutama kesiapan mental untuk meninggalkan jejak-jejak digital kenakalan dalam dunia ke"lajangan"an anda.


Hari-hari kedepan adalah dunia baru, bukan milik anda, bukan milik dia, tapi milik kalian berdua.


Kesehatan adalah main course yang haram hukumnya bila tak ada di menu utama. Dia adalah yang utama, ter utama dan paling utama bila ingin menikmati indahnya merayakan cinta, (yang sudah kembali dari sana pasti faham).


Dan pada akhirnya, segala marwah cinta sudah diberada di gerbang singgasana yang suci.


Dua keping hati telah menemukan tautannya. Simpul erat dalam balutan janji suci akan hadir sesaat kemudian.


Alampun kan berbahagia, menyaksikan anak manusia menjalankan titah rasulnya.


Kemegahan cinta, akan jadi tontonan dunia dan bersiaplah menghadapi indahnya saat merayakan cinta.



M💕💕E💕💕S

terinspirasi dari buku Salim A Fillah "Bahagianya Merayakan Cinta"







Share this:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini