8 Tanda-Tanda Hubungan Sedang Menuju Jurang Kehancuran

Dalam meniti sebuah hubungan wajar bila sesekali timbul pertengkaran. Kadang ego masih meneriakkan perbedaan kala belum dewasa menyikapi persoalan yang ada. Janji yang tak sengaja teringkari, cemburu, atau menurunnya derajat perhatian tanpa unsur kesengajaan, merupakan sumber malapetaka bagi hubungan. Jika tidak disikapi dengan bijak, bisa saja menghantarkan hubungan ke jurang kehancuran.


Kehancuran cinta
pexel.com

Selamat tinggal cinta, aku kecewa dan ingin pergi.

Walau telah sama-sama dewasa, konser cercaan hati dalam panggung pertengkaran tak bisa dijamin bakal tak tergelar. Rasa kecewa tidak hanya datang karena ke alpaan kekasih, tapi hati yang mulai mengambil ancang-ancang negosiasi cinta dengan pihak ketiga, sangat mungkin menimbulkan kerusuhan cinta.


Kenangan saat awal mula cinta mulai merekah. Sejarah saat rindu yang masih belia dan penuh nafsu karena baru menemukan tempatnya, hanya menyisakan keraguan dalam berbagai macam variance tanda tanya di hati.


Nasip cinta dan relationship kini bergantung pada hasil konfrontasi dua hati yang masih berseteru. Semangat cinta untuk melabuhkan hubungan ke jenjang yang lebih tinggi telah kian memudar seiring tingginya volume pertengkaran.


Lalu hati bisa apa? Saat cinta ragu untuk bersatu, saat rindu tak lagi yakin tuk kembali. Hati hanya bisa ucapkan wassalam pada cinta.

 

 Rasa yang terhubung kini hanya meninggalkan sakit hati. Sebentar lagi tuntutan berpisah akan di deklarasikan. Dia yang kurang ajar pada cinta tak lagi memiliki tempat dalam sebuah hubungan. Kata putus terproklamasikan. Cinta hancur lalu dikubur.


Begitulah nasip lumrah sebuah hubungan cinta. Jika tak lulus sampai ke tahap pernikahan, ya,,, hancur di tengah jalan. Dua kemungkinan yang sama-sama sangat mungkin dan memungkinkan.


Namun jika cinta yang terbina keberlangsungannya, karena faktor kualitas setia dan kemurnian kasih dan sayang. Ada begitu banyak alasan untuk mempertahankannya.


Badai dan prahara tak punya cukup kapasitas memberangus jalinan yang tak main-main. Tapi kesempurnaan yang hanya milik tuhan, maha sulit tertandingi manusia. 


Kehancuran hubungan tetap saja punya peluang, yang mungkin hadir lewat somasi kejenuhan


Maka pola fikir paling dewasa tentu saja dengan mengenali sumber prahara. Menganalisa serta mempelajarinya sejak dini, tentu sangat berharga bagi hati dan keutuhan jalinan cinta yang tak lagi rapi.


Tanda-Tanda Sebuah Hubungan Sedang Menuju Jurang Kehancuran

1. Komunikasi Yang Terjalin Karena Keterpaksaan


Tak ada lagi rutinitas berkabar tanpa keharusan, adalah tanda awal munculnya keretakan dalam sebuah hubungan. Bisa saja karena minimnya kadar bahagia dalam relasi hati. Yang lama-lama pertumbuhannya malah menghambat rasa tanggung jawab pada cinta.


Komunikasi yang dulunya intens walau tampa prosedur tetap. Kini dianggap sebagai sebuah keharusan. Mungkin karena modal awal cinta yang tergerus kejenuhan, atau bisa jadi satu hati telah menemukan persimpangan.


Hati-hati sobat! Jika serius jangan sekali-kali main api. Mending rancang lagi kencan pertama dulu, dengan tema yang sama. Jenuh mungkin salah jalan. Si penggoda jangan beri kesempatan. Setiamu seharga emas dan permata bagi si dia.


Keutuhan hubungan dalam fase ini, masih berpeluang besar terselamatkan. Asal dua hati saling berjanji. Saling berusaha mengusir kejenuhan dan menutup pintu bagi hati yang lain untuk bertamu.


2. Ada Rutinitas Bersama Yang Mendadak Hilang


Dulu, mungkin selera cinta masih menggebu-gebu. Apapun itu, asal tersangkut paut dengan dia pasti terasa indah. Banyak canda cinta, tawa bahagia dan senyum manja.


Rasa-rasanya, apapun ingin dijalani dan dilakoni berdua. Lalu terciptalah agenda-agenda tak formal dalam ruang lingkup relationship. Agenda yang berisikan rutinitas cinta ber tekstur kemesraan.


Dalam kondisi normal, semua berjalan sesuai harapan hati. Namun adakalanya semua berpeluang berantakan. Volume pertemuan yang cukup tinggi ternyata bisa juga merusak harmonisasi rasa.


Perbedaan kecil mencuat jadi perseteruan. Pertemuan yang terlalu intens ternyata berbanding lurus dengan volume pertengkaran.


Agenda yang tlah diatur ter re-schedule mungkin saja secara sepihak. Yang tujuannya tentu mengulur perang.


Mesra yang dulu ada tereduksi secara perlahan. Hati memilih jarak aman. Namun berpeluang merusak hubungan. Jika dulunya rutin, tapi kini tak lagi, kalian mesti waspada! Kecurigaan cinta wajib ada. Sebelum jatuh ke jurang kehancuran.


3. Sakit Hati Dan Kecewa Yang Sengaja Disamarkan


Terkadang demi keutuhan hubungan, ada saja pihak yang rela mengalah serta menyembunyikan setiap rasa sakit hati dan kecewa hingga tersamarkan.


Tapi pertanyaan yang lalu muncul, sampai kapan,,,,,?

Hati pasti lelah menanggung beban kecewa apalagi jika berkepanjangan. Ragapun akan mulai muak. Gestur kekecewaan pasti bakal mencuat. Jika sudah begitu lantas apa jadinya,,,?


Mau bertengkarpun rasanya lelah. Dia yang tak pernah mengerti perasaan sudah tak berselera harap. Akhir sebuah hubungan hanya menunggu tanggal main.


Bila tak cepat sadar, jadwal bubaran tak terasa kian mendekati dateline. Hancur lebur hingga luluh berantakan, kisah cinta berserakan sudah.


Seandainya dulu setiap luka langsung diperban, setiap tangis langsung ditenangkan. Tentu tak akan ada lelah yang bersembunyi di balik kecewa dan sakit hati.


Peka adalah obat manjurnya sejak dulu. Kaum pria sering tak menanamnya dalam sikap. Hingga panen yang didapat hanya kisah singkat. 


Bagi kaumku, kalian wajib berbenah sikap!


4. Memberi Peluang Hadirnya Orang Ketiga


Sering tanpa disadari, hadirnya masalah dalam hubungan membentuk opini untuk mencurahkan dan berbagi rasa pada pihak lain yang dianggap mampu menampung segala resah hati.


Pihak ketiga dalam hubungan biasanya dapat kepercayaan meretas setiap inci seluk beluk masalah yang terlanjur eksis. Entah sengaja atau tidak, namun yang pasti, hadirnya hati lain dalam komitmen yang belum sepenuhnya baku, merupakan tanda lemahnya kualitas cinta dalam hubungan.


Memberi peluang hadirnya orang ketiga, sama saja dengan mengundang datangnya petaka yang lebih serius. Dia bisa saja punya misi merebut kekuasaan cinta.


Kenapa tak diselesaikan saja berdua setiap risalah yang ada. Pasti ada jalan jika dibicarakan baik-baik. Dan tak perlu hadirnya orang ketiga. Bisa saja dia racun atau bisa.


5. Hati Mulai Melirik Si Penggoda Cinta


Soal lirik-melirik, kaum pria tak ragu untuk dituduh sebagai terdakwa utama. Kadang mereka merasa tak puas walau memiliki kekasih terjelita sedunia sekalipun. Entah itu watak permanen pria, atau hanya sekedar pamer kehebatan penaklukkan hati. Entahlah sebagai pria sayapun masih ragu.


Namun yang jelas, sikap seperti ini paling tak dilegalkan dalam cinta. Kebiasaan yang tak menghargai hati dan tak menjunjung tinggi marwah hubungan.


Tak layak dirawat dan dipelihara, jika tak mau menghadap jurang perpisahan. 


6. Saling Percaya Mulai Hilang


Tiang utama pondasi sebuah hubungan adalah sikap dan rasa saling percaya. Percaya hatinya gak bakal kemana-mana dan percaya hatimu gak bakal neko-neko. Itu kunci sederhananya.


Meski sederhana, tapi tak se simple fungsinya. Saling percaya bisa menguatkan dinding hati hingga kokoh. Saling percaya juga mendewasakan cinta yang akan sulit layu.


Namun saling percaya tak lahir begitu saja. Embrionya adalah sikap setia yang sama dan saling. Bila benihnya ada di kisah cintamu, kehancuran hanya akan jadi barang haram. 


Maka,,,percayalah


7. Rindu hanya Basa-Basi Busuk


Ada cinta, tentu ada rindu. Mereka satu paket yang tak terpisahkan. Jika salah satunya pergi, maka yang satu tak perlu dipertahankan.


Mencinta dan merindu adalah rutinitas hati yang sedang diserang konak asmara. Melambungkan angan hingga berasa di surga. Membelai mesra penuh nafsu sanubari yang terkutuk cinta. Bahagianya tak akan terukur dan terskala.


Tak salah bila rindu itu ada, apalagi pada hati pencinta yang berjauhan. Bila ia samar dan mulai abstrak, tentu ada yang tak beres dengan rindu yang itu.

Mungkin saja rindu itu bisa jadi sandiwara, karena hati mulai letih mencinta. Atau ada peluang ragu singgah di persimpangan. Rindu yang demikian tentu pertanda awal musibah cinta.


Sebaiknya, pupuk lagi rindu yang semula. Dengan mencuci bersih semua khianat hati dalam cinta. Segarkan lagi seperti sedia kala. Agar tak jadi musabab pecahnya kongsi asmara.


8. Tak Ada Pertengkaran


Pertengkaran dengan volume tinggi adalah sebuah pertanda buruk bagi keberlangsungan sebuah hubungan. Namun dilain pihak ternyata pertengkaran memiliki peran penting yang tak mungkin di sangsikan.


Keengganan beradu argumen dengan pasangan saat membahas masalah dan masa depan hubungan boleh dianggap sebagai sebuah indikator awal lahirnya rasa tak peduli dan tak simpati pada cinta.


Jika sampai ke tahap ini, tentu masa depan hubungan layak dipertanyakan daya tahannya. Bila tak ada lagi simpati dan rasa peduli bukti cinta, itu tandanya hati tak berharap lagi.


Hubungan hanya dijalani sebagai sebuah kewajiban. Di sana sudah tak ada lagi rasa. Sehingga peduli pun mulai terhapus. Sama saja dengan menyimpan bom waktu. Saat tiba waktunya meledak, yang tersisa hanya salam perpisahan.


Begitulah tanda-tanda akan kehancuran sebuah hubungan. Mengenalinya sedari awal baik bagi perkembangan kualitas cinta untuk di kirap menuju pelaminan.


Menyangsikan adanya peluang keretakan di tengah hubungan cinta yang sedang merekah, bukanlah sikap yang terpuji di dunia asmara.


Hakikat cinta adalah memiliki, bukan merelakan pergi. 

Mempertahankannya untuk selalu ada dalam sebuah hubungan, adalah sikap paling bertanggung jawab pada rasa kasih dan sayang.






M💕💕E💕💕S



Share this:

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini