Filofobia Penyakit Kronis Cinta

Hai sobat Mahalova. Bagaimana kabar kalian? Sudahkah mendeklarasikan cinta? Atau, masih tahap halusinasi? It's not big deal sob. Percayalah semua akan mesra pada waktunya. Cinta hanya masalah waktu asal Kalian tidak terjangkit yang namanya Filofobia.


Filofobia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata "filos" dan "phobos". Filos artinya tercinta atau mencintai. Sedangkan phobos artinya takut. Jadi dapat kita definisikan secara gamblang dan meyakinkan bahwa, filofobia adalah rasa takut akan cinta, baik itu jatuh cinta maupun menjalin cinta. Kronis bukan? Valid no debat pastinya.


Dalam sejarah peradabannya, cinta mengalami pasang surut terutama dalam proses upgrade dan pengaplikasian di lapangan. Nenek moyang kita dulu mengandalkan notifikasi cinta lewat pantun, puisi dan nyanyian berlabel roman. Tujuannya jelas untuk mendapatkan simpati si jantung hati. Tag line lini masa purba diisi muatan segala bentuk puja-puji hasil kreasi para pujangga penyembah cinta.


Pertemuan dua insan berbeda gender kala itu masih dianggap tabu. Larang pantang dari tetua adat yang tertuang dalam dekrit suci bersimbol adat dan agama bernilai haram bila dilanggar. Sudah pasti hal ini menjadi penghalang utama bagi tumbuh kembang cinta kala itu. Kaum pencinta hanya bisa mengakses cinta lewat khayalan yang diimplementasikan dalam bentuk syair dan dendang rindu. Imbas yang diharap tentu saja tak maksimal. Maka "mencintai dari jauh" ataupun "mencintai dalam hati" sangatlah populis dan trending di masanya.


Melangkah sedikit maju ke beberapa puluh dekade setelah itu. Proses pernyataan ke kaguman akan cinta mengalami sedikit perubahan. Walau belum secara direct,  namun bisa dianggap cukup mengalami perubahan signifikan ke arah yang tidak terlalu dramatis lagi. Kemampuan komunikasi dan menjalin kualisi pertemanan dianggap sebagai sebuah paradigma baru pengusung harapan penakklukan cinta.


Iya,,,

Bertanya kabar serta berkirim salam pada si jelita lewat kolega terdekat merupakan aksi nyata, sebagai pernyataan sebuah sikap keterpikatan hati. Kala itu, perangai pemuda seperti ini amatlah keren di mata ciwi-ciwi. Hati mereka bisa langsung terpikat dan damage tak karu-karuan ulah se utas salam lewat perantara. Hmm,,sederhana sekali jatuh cinta saat itu.


Lebih mutakhir sedikit lagi. Aktifitas mengungkapkan cinta kembali mengalami proses upgrade. Kali ini masih menggunakan jasa perantara. Pihak ketiga yang berpangkat kurir cinta pembawa secarik surat berisi petisi jatuh hati, cukup andil dan berperan penting. Profesi semacam ini amat dibutuhkan perannya di dunia perjatuhcintaan. Tertuanglah cinta lewat selembar surat (yang paham ga usah malu sama umur).  Tabiat seperti ini juga keren level badai ketika itu sobat.


Kesimpulan awal, tragis, repot dan sungguh melelahkan sukma berpenumpang harapan. Belum lagi tingkat keberhasilan memiliki cinta yang sangat rendah. Sistem perjodohan amat populis kala itu. Sehingga jika dilakukan pendataan tak resmi, patah hati dan putus harapan akan tertuang dalam bentuk grafik dengan angka kenaikan tajam. Boleh jadi juga naiknya permanen dan tak turun-turun.


Lalu, apa korelasinya filofobia dengan kisah peradaban cinta? Sabar neng, ngopi dulu deh sebelum lanjut baca!

Beberapa paragraf di atas sejatinya dapat dijadikan sugesti untuk mengangkat semangat Kalian yang masih berada di kolom kehidupan bergenre kefakiran akan cinta. Orang doeloe dulu dengan segala keterbatasan masih sanggup berjibaku melawan segala penyumbat aliran asa mereka.


Kita yang hidup di zaman serba ada, masa' keok dengan keterbelakangan mental memandang cinta? Banyak cara dan media untuk sekedar menyebar notifikasi rasa cinta. Sudah tak relevan lagi memendam cinta hanya untuk konsumsi pribadi. Makanya jangan rebahan mulu! Si cantik yang lewat di depan gang sudah lelah tebar pesona. Cobalah lunasi hutang cintamu dengan membayar lunas harap dia.


Atau, jangan-jangan Kamu psikopat rasa?
Yang membelenggu dan menyiksa hasrat hingga tunduk malu untuk mengejar dan menyatakan cinta. Itu kebejatan pada harapan sendiri brother. Sungguh-sungguh sikap seperti itu terkutuk bagi cinta. Jika dibiarkan berlarut-larut tanpa penanganan serius Kamu bisa saja terjangkit filofobia. Takut pada cinta, takut jatuh cinta bahkan takut menjalin relasi hati.


Agar tak terjangkit filofobia berikut disajikan bagi Kalian beberapa fakta dan sumber penyebab seseorang terserang virus bernama filofobia. Namun alangkah baiknya luangkan sedikit waktu membaca tulisan ku terdahulu dengan tema nyaris sama Solusi Bagi Pria Yang Takut Dengan Wanita Untuk Menyatakan Cinta.


Fakta Filofobia


Filofobia kebanyakan terjadi lebih dominan kepada wanita dibanding pria. Hal ini dipengaruhi semacam filosofi umum yang telah melekat di tengah masyarakat modern sejak dulu. Bahwa wanita diposisikan sebagai objek dari kegiatan sakral mengejar cinta. Mereka didaulat untuk menjadi target buruan cinta. Mengejar cinta sungguh dilarang bagi wanita. Dan ini sudah digariskan sejak lama.


Pada kondisi terparah, wanita hanya bisa pasrah pada proses perjodohan atau lebih radikal lagi kawin paksa. Memilih jodoh sendiri bak sebuah dosa. Walau tanpa kesepakatan resmi, filosofi yang telah hadir sejak lama ini sangatlah berpengaruh besar mengantarkan filofobia ke ranah fimela.


Meski hingga kini wanita tetap diarahkan untuk bersikap defensif pada kehadiran cinta, namun praktek-praktek perjodohan dan kawin paksa telah mengalami kepunahan secara masif. Sehingga tak masuk akal lagi jika wanita masih merasa terasing dari cinta.


Penyebab Utama Filofobia


1. broken Home


Beberapa faktor bisa diusung sebagai sumber petaka hinggapnya filofobia dalam diri. Namun karena terlalu banyak, agak sulit untuk dijelaskan secara detail. Sebagai contoh dapat diambil dari potret keadaan broken home. Orang-orang yang berasal dari keluarga broken home tidak jarang mengalami kekerasan baik fisik maupun mental.


Kekerasan yang di alami seorang anak di tengah keluarganya sendiri. Akan membentuk karakter mental yang fobia pada cinta saat dia telah dewasa nanti.


2. Trauma Masa Lalu


Imbas dari kegagalan hubungan di masa lalu bisa mengakibatkan seseorang paranoid pada lawan jenis serta fobia untuk memulai sebuah hubungan baru.


Kadar luka dan sakit hati hasil produksi hubungan lama masih cukup membekas diingatan. Hal ini juga menjadikan seseorang menaruh dendam kesumat pada mantan. Dan sayangnya, hal ini secara tidak langsung tertular pada manusia-manusia lain berjenis kelamin sama dengan mantan. Sehingga rasa percaya pada lain jenis padam dan musnah sudah.


Tanda-Tanda Seseorang Mengidap Filofobia


1. Gugup Yang Berlebihan Saat Berhadapan Dengan Lawan Jenis


Kebiasaan ini bukanlah tergolong pada arah keterbelakangan mental. Walaupun hal ini menimpa dan mempengaruhi kondisi psikis seseorang. Rasa gugup yang muncul bukan lagi dalam batas wajar. Namun justru telah berada di jalur ambang batas normal. Sehingga muncul gugup yang berkadar over.


Kali ini kita khususkan saja pada wanita. Karena wanitalah yang cenderung berpotensi. Gejala yang dialami wanita pengidap filofobia ini selain merasa over gugup adalah, kebingungan, ketakutan yang berlebihan, berkeringat dingin, detak jantung kian kencang, serta sesak nafas, gemetaran lalu tak bisa bergerak.


Bila ada diantara kalian mengalami gejala yang sama, mohon maaf tulisan ini belum mampu menawarkan solusi sahih. Mungkin mengadu ke psikiater bisa dianggap langkah paling strategis.


2. Paranoid Terhadap Hubungan Baru


Kegagalan hubungan sebenarnya siklus wajar dalam membina sebuah hubungan. Tak jarang manusia belia pendamba cinta mendapat perlakuan diskriminatif rasa lewat kata putus dan cukup sampai disini saja.


Kala momen itu datang, menyedihkan memang. Akan tetapi semua manusia juga punya cara untuk menyembuhkan luka. Menjauhkan diri sejenak dari hingar bingar dunia seraya merawat luka, sangat wajar dan tak ada unsur pantangannya. 


Trauma tentu saja ada. Kekokohan hati sampai mana lah? Justru mengirap luka hingga jauh ke arah fobia dan paranoid tentu akan semakin menenggelamkan tawa serta rasa percaya diri. Rasa percaya pada manusia lain jenis sudah pasti serta merta akan terkikis. Ini menjadikan filafobia mendarat mulus dalam sikap.


3. Terlalu Takut Salah Pilih Pasangan


Keresahan hati yang belum berpenghuni pasti dirasakan semua jemaah cinta berstatus pelajang. Tak terkecuali si pengidap filofobia. Hati kecil mereka juga ikut serta turun tangan mengundang kehadiran jodoh.


Yang membedakan hanya unsur kehati-hatian yang melampaui batas normal. Sikap kehati-hatian mereka cenderung menolak untuk bekerja sama dengan rasa percaya. Alasan umum dijadikan tameng untuk membuka hati pada kehadiran cinta. Takut tersakiti atau bahkan takut mengalami perceraian kelak, menduduki chart teratas keresahan batin yang salah asuhan.


4. Sulit Membuka Hati


Pada gejala awal tentu hal ini tidak terlalu berlebihan. Seseorang yang diekspektasikan sebagai imam di masa depan wajib memenuhi syarat dan kriteria tertentu. Sikap mawas dan kewaspadaan wajar saja ada. Setiap insan tuhan tentu berharap diperjodohkan dengan individu yang memiliki kualitas setia dan tanggung jawab di atas rata-rata.


Semua hamba pencinta pasti bermimpi dapat menguasai setiap jengkal hati kekasih yang berbudi luhur. Menerapkan standar ganda barangkali sah-sah saja. Namun poin pentingnya bukan kualitas individu si calon penghuni hati, melainkan keterbatasan sikap untuk tulus membuka hati pada ruang tamu asa.


Si dia tak mungkin datang untuk bertamu bila pintu hati terkunci dari dalam. Mungkin dia juga rindu disuguhkan kasih sayang. Tapi apa daya si empunya hati tak mau terbuka pada cinta. Entah karena dulu kuncinya pernah patah dan tak mungkin bisa membuka pintu harap lagi. Entahlah,,,


5. Kaku Dalam Dunia Pergaulan


Pilihan yang tersemat hanya menyendiri dan jadi jomblo abadi. Sejatinya, ranah pergaulan bukan hanya sekedar ajang hura-hura. Di sana banyak ditawarkan ketulusan berbalut keakraban. Di sana tempat bersemayamnya sahabat sejati. Profilenya bisa diakses penawar galau dan gundah hati.


Bertukar cerita dalam tema cengkrama renyah penuh canda tawa pasti bisa membasuh penat hati. Tak terkecuali lelah kalbu yang sibuk berkelana mencari tambatannya.


Jika dunia pergaulan disikapi dengan dingin dan penuh kekakuan, lama kelamaan imbasnya sudah tentu tersisih dan tereliminasi dari kumpulan. Kenapa harus takut berteman? Kenapa harus risih dengan keramain canda gurau? Tentu Kalian tak ingin terjangkit filofobia bukan?
Seorang teman bisa saja sanggup membeli lunas sebuah harapan lewat saran dan solusi tak terduga. Di tempat lain? Belum tentu itu ada.


Mahacinta berharap kita semua paham dengan kondisi-kondisi yang telah dipaparkan diatas. Syukur-syukur kita semua terhindar dari godaan setan yang terkutuk filofobia. Menjadi manusia dalam wujud mahkluk sosial merupakan langkah tepat terhindar dari keterasingan. Manusia diciptakan tuhan ke dunia tidak dalam satu kesatuan sikap.


Berbeda featuring tidak sama itu wajar adanya, karena indah terbrojol dari perbedaan, terutama yang menyatukan. Tak perlu takut hadapi rasa takut itu sendiri. Masih ada mahkluk lain dalam rupa manusia tempat kita berkeluh kesah. Maka bergaul dan bertemanlah!


Tak perlu juga berlebihan memandang cinta dari sudut wawasan keterasingan. Cinta itu indah meskipun gagal termiliki. Toh besok masih ada waktu. Cinta cukup available dan ready stock dalam jumlah besar. Kegagalan cinta tak baik disikapi dengan rasa takut berlebihan. Percaya saja satu pesan penutup dari mahacinta. "Selagi kita masih bernafas selama itu pula cinta ada. Kadang dia datang, kadang dia meminta untuk ditemukan". Tidak mengakui keberadaanya, maka disitulah filofobia mengintai.






M💕💕E💕💕S













Share this:

Komentar

  1. trauma yang berlebihan aku rasa atau dia melihat kehidupan ortunya yang gak harmonis biasanya takut untuk jatuh cinta

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini