Laki-Laki Sejati? Ah cuma Diksi

Mahkluk hidup kasat mata dalam wujud manusia, memiliki kedigdayaan dalam bentuk kekuatan logika, siapa lagi kalau bukan pria. Pengabdi asa bagi keberlangsungan umat manusia. Meski tak semua spesies ini punya tenaga menaklukan dunia, nyatanya mereka tak sungkan busungkan dada. Mereka malah manja, pemalas dan penggoda wanita.


Kita juga memanggil mereka laki-laki. Sarat gengsi meneteskan air mata. Katanya sih, itu pertanda laki-laki sejati. Definisi dangkal bermuatan kesesatan emosi. Atau sekedar pengalih isu dari tak senonohnya mereka memikul beban kodrat. Laki-laki sejati? Ah barangkali cuma diksi.


Tak seperti wanita si seteru abadi, yang memiliki garis-garis besar haluan hidup seperti menstruasi, hamil, mengandung dan menyusui, laki-laki justru diuntungkan sang pencipta dengan secuil tanggung jawab sebagai label keharusan. Iya, mereka hanya ditugasi sebagai pemimpin. Memimpin mimpinya sendiri hingga satu waktu memimpin asa bersama individu lain yang mereka sekap dalam kata cinta.


Seorang lelaki adalah pemimpin bagi dirinya sendiri sebelum naik pangkat jadi pemimpin keluarga.

Lalu, laki-laki seperti apa layak disebut laki-laki sejati? Sayangnya banyak definisi lahir seiring makin tebalnya dinding ego si pejantan. Semua hanya kamuflase pemberi sejuk halusinasi wanita. Tak pernah lahir makna sesungguhnya bernilai hakiki tinggi. Yang ada cuma keadikuasaan gender dalam balutan patriarki, kelancangan rasa takut bersemat kefeodalan, lalu dikebat oleh simpul mati bermantra budaya dan religi.


Let's check this out!


Berbagai Definisi Laki-laki Sejati


1. Lelaki Sejati Adalah Laki-laki Yang Dihormati Dan Ditakuti


Laki-laki harus dihormati dan ditakuti. Padahal tak semua mereka pantas diberi hormat, tak semua mereka layak ditakuti. Sebagian malah penakut, letoy bahkan tak malu disebut banci. Tak salah bila definisi ini kita eliminir dari akal sehat. 


Terlalu melecehkan logika bila gelar laki-laki sejati disematkan pada mereka yang dihormati. Siapa tau rasa hormat didapat berkat warisan, berkat pangkat dan kekuasaan, atau berkat kepemilikan harta. Siapa tau mereka hanya budak belian dari nafsu bejat menjarah kekuasaan. Bisa jadi mereka dihormati karena seragam. Bisa jadi mereka dihormati karena ketenaran. Itupun perlu diusut asal muasal beserta silsilah awal. Siapa tau kan? Bisa jadi to?


Terlalu membebani arti kata sejati bila rasa takut merupakan aksesorisnya. Laki-laki sebenar benar laki rasanya tak perlu ditakuti seperti Vlad Impaler (Dracula)  Atau seperti Hitler. Rasa takut produksi kaum lelaki bukanlah pesona untuk meraih gelar pria sejati. Apalagi yang ditakut-takuti hanya wanita, si makhuk lemah nan butuh dilindungi.


2. Laki-Laki Sejati Adalah Laki-Laki Yang Berani Berbuat Lalu Berani Bertanggung Jawab


Nyatanya kebanyakan berani berbuat lalu terpaksa memikul tanggung jawab. Setelah tersudut keadaan dan tak ada pilihan barulah tanggung jawab maju kehadapan. Atau bersembunyi di belakang kata "dari pada malu". Ah laki-laki memang ada-ada saja. 


Nafsu besar akan penaklukan membuat laki-laki gegabah dalam aksi. "Laki-laki selalu salah" ucap perempuan. Tak salah juga sih. Karena banyak laki-laki tak menyisipkan visi dalam bertindak. Berbuat sekehendak hati lantas menyesali kekeliruan. Lalu apa? Ada yang lari dan sembunyi, ada yang terpaksa menyesali, tragisnya ada pula yang pura-pura sangsi walau jelas-jelas terbukti.


Laki-laki membekali diri dengan senjata pemusnah curiga bernama lengkap akal bulus. Akal-akalan pria menyudutkan opini dunia. Berlagak digdaya dengan rasa tanggung jawab, padahal cuma bumbu penyedap sandiwara. Berani bertanggung jawab sebagian mereka ada memang, tapi sebagian lagi hanya pura-pura peretas asa.


Pria sering tak lupa menyenandungkan nada berirama kepalsuan. Nilai tanggung jawab tak mendapat angka sempurna. Ia ada hanya karena terpaksa. Terpaksa keadaan bahkan terpaksa setingan. Pantaskah gelar pria sejati tersemat di dada pria genre ini? Entahlah coba fikir lagi!


3. Lelaki Sejati Adalah Lelaki Yang Memegang Teguh Prinsip


Katanya lelaki sejati itu berpegang teguh pada prinsip. Prinsip dalam bekerja, dalam berteman, hubungan cinta, hingga prinsip dalam bersikap. Mereka tak mau ditawari gaji besar bila nihil waktu untuk keluarga, itu prinsip. Berteman bukan hanya untuk tertawa bersama melainkan menangis juga bersama, itu prinsip. Monogami hingga tua, itu prinsip. Pantang menyerah pada keadaan, itu juga prinsip.


Lalu kenapa ada pria menipu waktu dengan betah di kantor ketimbang bercengkrama dengan anak istri. Kenapa ada yang berteman berdasarkan azas manfaat. Kenapa ada tukang ghosting, hidung belang, peselingkuh ulung hingga buaya darat. Kenapa? Prinsip berlogo apa di gendong pria? Ah bullshit.


4. Pria Sejati Omongannya Bisa Dipegang



Omongan dapat pemberi tanda bahwa pria layak disuguhi rasa percaya. Mereka yang bergelar pria sejati tak akan mungkin bertitah klarifikasi. Sekali berucap janji selamanya tak pernah teringkari.


Apakah terpenuhi syarat sebagai laki-laki sejati, bila si dungdungpret tak pernah ingkar pada janji beserta ucapan? Rasanya tak sesederhana itu. Ucapan lumrah mangkir pada perbuatan. Adat-istiadatnya sedari dulu memang begitu. Tak ada manusia sesempurna itu, bahkan hingga nabi sekalipun. Berusaha menepati janji, bisa jadi. Bisa dipegang omongan, ah itu cuma slogan.


5. Laki-laki Sejati Bukan Dia Yang Memiliki Banyak Wanita, Tapi Menolak Banyak Wanita Demi Orang Yang Dicintai.


Jika ada lelaki seperti ini, satu kata buat mereka "wow". Salah bila ada sangsi akan eksistensi pria semacam ini. Kesetiaan boleh dibilang tools untuk pushrank kejantanan. Pria begini ada, nyata tak berbantah logika. Definisi yang nyaris mendekati angka sempurna sebagai tolak ukur kesejatian laki-laki.


Monogami tak membuat mereka jijik pada ikatan. Sekali memilih berpantang beralih pandang. Sekali mengikat janji suci tak akan ternoda hingga mati. Pria jenis ini taat pada oligarki cinta berpetuah sahih. No another woman, no another love, no matter how.


Lantas apa? Mari coba kita anggap titah semesta menjauhkan mereka dari yang namanya godaan. Hidup lurus bak pipa besi membuat pria dijauhi rayu birahi. Andai saja ada peluang, kesempatan hidup bersebelahan dengan godaan setan. Mari coba berbukti apa kemungkinan jadi.


Secuil lirikan pada tubuh si seksi sudah cukup syarat mengangkat konak pria hingga tinggi. Bila si jantan tak bergeming, bolehlah dibilang pria sejati. Tapi coba telaah dalam hatinya, apa yang jadi sumber imagi. Kemolekan pencetus birahi. Kata sejati tadi kita cancel lagi.xixixi


Kalau sudah begitu, masih layakkah si setia menyandang gelar pria sejati, bila hatinya tak memiliki desinfektan pembasmi godaan? Mana mungkin, ya kan! Pilihan memang satu, tapi khayalannya singgah dimana mana. Utamanya di tempat semesta menitip gelora cinta pejantan muda. Dimana lagi kalau bukan di indah tubuh wanita. Ternyata setia belum pasti sejati.


6. Laki-laki Sejati Pantang Meneteskan Air Mata


Emang ada? Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan kelenjar air mata. Fungsinya bukan untuk disimpan dan didiamkan bak deposito berjangka. Melainkan untuk melepaskan sesak dan emosi dalam dada. Meneteskan air mata merupakan perkara lumrah tak terkecuali bagi pria.


Jikalau ada pria pipinya tak pernah tersentuh aliran air mata itu cuma mengada-ada. Atau sudut mata tak sekalipun mendebit linangan tangis ah masa iya? Tangis berpengiring air mata, sumbernya hati dengan emosi ataupun empati. Sangat tak wajar bila tak menghadirkan tangis dalam hidup. Jangan-jangan si pria yang katanya laki-laki sejati itu memang tak punya hati, tak punya emosi serta empati. Au ah gelap.



Masih banyak variance definisi laki-laki sejati dari berbagai versi. Terlalu rakus makna laman ini bila semua diikutsertakan. Kita akhiri saja dengan kiasan mungkin bakal sedikit tajam.


Lelaki sejati hanyalah diksi pengangkat harkat dan martabat kaum maskulin. Lelaki hanya mahkluk ciptaan tuhan bercelah kekurangan di sana sini. Mereka rakus akan pengakuan supaya terlihat jantan di mata dunia apalagi perempuan. Istilah dan slogan berdengung menyembah keadikuasaan. Maklum pesona lelaki tak seberapa manjur menindas kekakuan.


Lelaki sejati ada dalam diri setiap pria. Bentuknya hanya titik kecil. Gampang dihapus lalu hilang. Namun bisa diarsir jadi titik besar menutup seluruh kanvas sukma. Laki-laki sejati seharusnya bukan pengakuan subjektif, melainkan hadir dari perempuan. Merekalah yang paling paham doktrin penilaian. Utama sekali penilaian terhadap para pejantan.


Wahai puan-puan. 


Tak penting-penting amat pria itu sejati atau hanya pria biasa. Selagi ia sanggup memikul titah tuhannya untuk jadi  pemimpin di muka bumi. Mereka layak dinominasikan jadi pasangan. Sisa kekurangan silahkan Kalian lengkapi. Gak repot kan!




M💕💕E💕💕S


Share this:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini