Seks Bebas Tuna Cinta Sesungguhnya

Sek bebas, pergaulan bebas beserta ajaran-ajarannya merupakan zona tak layak huni bagi generasi muda berbaju mimpi. Menjauhlah sebelum terlambat! Aromanya sungguh memikat.


Agar hidup manusia terarah agama jadi pegangan mutlak tak terbantah. Ada anak kandungnya lahir di negri ini bernama adat dan budaya. Kehadirannya untuk membentuk manusia lebih manusia. Sekaligus pembeda derajat antara manusia dengan binatang.


Anehnya banyak manusia ingkar tak terkecuali kaum muda. Tabiat pergaulan bebas featuring seks bebas, semula haram jadah kini trend di ranah belia. Bukti nyata tergerusnya moral. Lalu kita bisa apa, saat modernisasi dunia pergaulan sungguh nyata sesat jalan?



Seks bebas
koleksi pribadi

Seks bebas sesungguhnya berembrio pergaulan bebas. Tatanan dalam berkawan tanpa halang rintang dalam kata tabu. Bagi sebagian remaja dianggap trend biar keren. Entah definisi keren dari kamus mana. Diksi "dosa" barangkali telah terhapus di logika mereka. Akal sehat terjangkit wabah maksiat. Hingga tak bisa membedakan mana pantang mana suruhan.



Dalam konteks pergaulan bebas, rasa cinta pada lawan jenis produksi fase puberitas menang banyak kalah banyak dari nafsu birahi sesat. Pelakunya hanya terbuai akfitas haram sebagai perwujudan eksistensi di circle pergaulan. Kenikmatan sesaat punya kredibiltas tinggi menghadang rasa tanggung jawab.


Siapa pantas dipersalahkan dari hadirnya fenomena seks bebas di kalangan remaja? Keluarga? Dunia pendidikan? Pemuka agama? Atau barangkali pemerintah? Tak perlu jawab tanya tersebut jika hadir hanya perdebatan panjang tanpa solusi.


Mahacinta memberanikan diri mengungkap fakta. Meski sedikit keluar pakem, asal ada manfaat bagi pembaca, ya sudahlah. Generasi muda harapan bangsa di musim mendatang. Sudah selayaknya mereka dipedulikan sedikit melebihi porsi.


Mari masuk ke hal yang lebih substansi! Let's check this out!


Penyebab Hadirnya Pergaulan Dan Seks Bebas Di Tengah-Tengah Generasi Remaja


Tak dapat dipungkiri apalagi seraya menutup mata, kemajuan zaman dan arus globalisasi ikut andil menghantarkan generasi muda pada hal-hal baru. Di sektor pergaulan misalnya, tumbuh subur adat serta kebiasaan tak seharusnya. Pergaulan bebas berpengiring seks bebas lahir dari semangat konsumtif jiwa muda akan budaya asing.


Bagi mereka itu keren. Nalar dangkal mereka menganggap tidak tabu. Lalu apa lacur? Menggiring opini baik bagi mereka tentu butuh usaha dan contoh nyata. Bila serius prihatin pada budaya sesat kawula muda ini, mari kita mulakan dengan mencari sumber permasalahan. Apa sebenarnya sumber utama penyebab eksisnya candu pergaulan bebas ini?

1. Kurangnya Pemahaman Akan Nilai-Nilai Luhur Ajaran Agama


Nilai luhur ajaran agama
pexel.com

Tanpa basa-basi kita sebut saja rendahnya ilmu agama. Bukan saja dari pelaku pergaulan bebas, namun dari keluarga dalam hal ini orang tua. Keluarga merupakan eksistem terkecil pembentuk kepribadian seseorang. Jika baik keluarganya baik pula pola tingkah laku si anak. Jika sebaliknya, tau sendiri lah!


Orang tua modern lebih mengedepankan pendidikan formal dengan sengaja mengesampingkan pendidikan mental serta spiritual anak. Mereka bangga memiliki anak sarat prestasi akademis. Juara lomba maupun olimpiade sains sebagai contoh. Kecenderungan berkembang pesat akhir-akhir ini adalah tabiat para orang tua menyekolahkan si anak ke sekolah favorit. Urusan mengaji dan ilmu agama ntar-ntar aja deh, ulas mereka.


Sumbernya tentu saja pemahaman minimal para orang tua akan ilmu agama. Mereka tak punya apa-apa untuk ditularkan pada pembentukan moral anak. Si anak lalu keluar rumah tak cukup bekal pembenteng diri. Tanpa sengaja mereka terjerumus pada lingkungan kumuh kemaksiatan. Keperawanan tak terjaga. Eksistensi melebihi segala-galanya.


Baca juga : Perawan Di Sarang Diskriminasi Patriarki Dan Feodalisme


Tak salah bila mahacinta mengganggap hal ini sebagai kemelaratan mental berjuluk tuna cinta. Kurangnya asupan nutrisi kasih sayang serta rendahnya indeks spiritualitas, buah dari ekspektasi ke duniawian melebihi takaran. 


Layaknya kita hidup mesti seimbang. Urusan dunia tak boleh menomor tujuh puluh tigakan urusan akhirat. Kadarnya mesti seimbang agar tumbuh subur generasi baru cerdas namun beriman dan berahlak mulia.


2. Gaya Hidup Remaja Terlalu Konsumtif Pada Budaya Asing


Mau bilang apa, nyatanya masyarakat kita memang terlalu konsumtif tak terkecuali remaja. Baik itu soal kebendaan maupun kebiasaan. Pakaian, tas, sepatu kalau bukan merk luar dianggap tak kekinian. Friend wits benefits (FWB), free sex, party, clubbing, mikol hingga narkotika diadopsi sebagai trend pengangkat kepopuleran.


Tak adanya filter penyaring kebudayaan asing menjadikan remaja terjangkit penyakit konsumtif akut level membahayakan. Mana si layak mana si haram tak terbedakan lagi oleh mata belia tuna cinta. Pergaulan bebas hingga hubungan badan di luar nikah sudah biasa bagi mereka layaknya budaya western.


Bahkan kebiasaan unhalal ini merambat membentuk system oligarki pergaulan baru bernama kerajaan kumpul kebo. Menikah tak lagi sasaran tembak melabuhkan hasrat akan cinta. Oh iya lupa, mereka kan tuna cinta. Mana tau arti komitmen dan pernikahan.


Mereka hanya penyanjung budaya luar sarat kebebasan. Having sex with no love, no ikatan.  Entah mereka tersesat lalu tak sadarkan diri, atau menikmati kebebasan tanpa halang rintang? Semoga tuhan membuka pintu pulang bagi mereka. Bukan nanti tapi kini.


3. Maraknya Tontonan Tak Mendidik 


Era globalisasi dan internetisasi tidak saja menyajikan hal-hal baru pemutakhiran sendi kehidupan. Disana juga tertayang aneka tontonan tak layak konsumsi bagi remaja. Ada sajian video porno tanpa sensor etik dan budaya.


Meski berbagai upaya telah diambil Menkominfo dalam memblokir situs-situs porno, namun ada-ada saja media non main stream yang masih menyajikan tayangan non berbudaya tersebut.


Dampaknya pasti saja pergaulan dan seks bebas. Hasil panen dari kurang dalamnya tertanam akar kearifan adat dan budaya. Mereka tonton lalu praktekkan. Tanpa tau akibat di kemudian hari.


4. Rendahnya Pengetahuan Tentang Bahaya Seks Bebas


Sebenarnya ada solusi paling jitu pembabat rendahnya pengetahuan akan resiko seks bebas. Kita sebut saja sex education (pendidikan seks)


Dari riset daring Reckitt Benckiser Indonesia pada tahun 2018  dari 500 remaja di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, serta Yogyakarta, 61% remaja merasa malu dan takut dihakimi orang tua ketika ingin bertanya perihal pendidikan seksual. Sebanyak 57% lebih terbuka berbicara urusan seks dengan teman sebayanya.


Sesungguhnya peran orang tua masih sangat dominan dalam urusan pembekalan ilmu seksual ini.  Dan sekali lagi orang tua mesti mampu menterjemahkan perilaku anak remaja dalam masa puberitas dan memberikan partisi hafalan agama, dan norma budaya.


Si gadis yang beranjak remaja mesti paham menjaga bagian-bagian tubuhnya dari jamahan lawan jenis. Si puteri kesayangan mesti tau betul dampak dari hubungan badan di usia dini. Resiko kesehatan seperti rusaknya organ teproduksi sebab hamil muda, hingga resiko psikologis lainnya.


Bukanlah hal tabu memberi anak pengetahuan seks beserta dampak negatifnya. Besarnya resiko di kemudian hari akan menjerumuskan anak pada sisi kelam kehidupan tak layak huni. Tanggung jawab orang tua mesti berperan besar. Jangan hanya urusi PR dan indeks prestasi anak semata.


5. Salah Bergaul


Di usia remaja pergaulan menempati urutan atas kebutuhan terkini. Tak bergaul dianggap mereka tak cool. Mencari teman se frekwensi seolah-olah memiliki nilai urgensi tinggi. Biar keren, populis dan memiliki personal branding mumpuni.


Memang ada baiknya memiliki banyak teman dan relasi, sebaik memilki akun sosial media beribu pengikut. Corak pergaulan terkadang tak jadi soalan, asal populer apapun jadi.


Hingga si upik dan si buyung terjerembab di kawah gaul salah asuhan. Circle menawarkan minuman, narkotika hingga kebebasan aktifitas seksual tak tertolak angan. Terlelap dalam hura-hura tanpa batas. Demi eksistensi tak ada satupun dijadikan soalan.


Kehormatan dan harga diri tergadai secara murah meriah tanpa hadiah selain kepuasan sesaat. Pergaulan sesat sangat antusias menawar halu kesenangan. Tak sadar si gadis terkurung dosa, masa muda sia-sia tanpa jejak-jejak keindahan hakiki.


Demi eksistensi pergaulan bebas jadi pilihan. Namun kali ini tidak dalam keterpaksaan. Hanya pendeknya akal penghanyut keinginan tak bertameng.


Ciri-Ciri Seseorang Terjangkit Pergaulan Bebas


Seperti disampaikan di atas, seks bebas merupakan muara yang berhulu pergaulan bebas. Kecenderungan ranah pergaulan ini adalah memutus mata rantai ke khawatiran serta rasa takut. Awalnya mungkin hanya coba-coba. Saat terpapar, ketagihan sulit untuk diusir. Menikmatinya hingga tetes konak penghabisan merupakan pilihan maha sesat maha durjana.


Bila Kalian tak ingin terjerumus ke lembah penuh nista ini, maka kenalilah ciri tabiat serta perilaku menjurus pergaulan tak terarah. Mahacinta menyajikan secara cuma-cuma. Ini dia ciri perilaku mengarah pada pergaulan bebas.

  • Melakukan seks bebas
  • Mengkonsumsi alkohol dan obat terlarang
  • Merokok aktif berlebihan
  • Menonton video porno frekwensi tinggi
  • Clubbing
  • Lebih sering di tongkrongan dari pada di sekolah atau kampus

Dampak Dari Pergaulan Bebas


Dampak negatif pergaulan bebas multi akibat bagi remaja. Seks bebas sudah barang tentu mengakibatkan hamil di luar nikah. Ditambah lagi dengan rentannya keterjangkitan penyakit berbahaya seperti HIV atau AIDS.


Tabiat lain seperti mengkonsumsi alkohol dan narkotika tentu berimbas ketergantungan. Paling parah over dosis. Di masa mendatang hal ini memberi pengaruh buruk pada kesehatan mental dan psikologi si pemakai. Pernah dengarkan, publik figur keluar masuk penjara ulah ketergantungan narkoba? Mending jauh-jauh deh!


Parahnya, pergaulan bebas juga beresiko kriminalitas serta kematian. Seseorang yang sudah ketergantungan akan melakukan cara apa saja untuk mendapatkan keinginannya. Tak jarang cara tersebut diraih lewat jalur kriminalitas seperti mencuri. Kecanduan seks bebas berakibat hamil di luar nikah memiliki potensi besar untuk menggelar aksi aborsi. Ini tentu saja memilki kans merenggut nyawa.


Maha ekstrem sesungguhnya imbas dari pergaulan bebas ini. Mending Kalian sekolah yang benar, kuliah sungguh-sungguh! Raih dan wujudkan mimpi! Itu jauh lebih syahdu dari pada seks, alkohol maupun narkotika.


Cara Mengatasi Pergaulan Bebas


Ada enam poin penting di sini. Peran pelaku dan orang tua sekali lagi cukup sentral. Seorang anak masih muda belia belum sepenuhnya mengerti larangan, pantangan dan hal-hal berbau tabu.


Si anak tak bisa dibebani salah sepenuhnya, begitu juga orang tua. Ikatan saling sinergis merupakan formula paling ampuh memberangus kesalahan memilih jalur pergaulan.


Agar tak terdampar terlalu jauh dalam kenistaan, ada baiknya terapkan amanat berikut supaya terhindar dari pergaulan dan seks bebas.

  1. Memperdalam pendidikan Agama.
  2. Pembentukan karakter positif lewat pendidikan formal maupun informal.
  3. Selektif dalam memilih teman.
  4. Meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dan anak.
  5. Mengajarkan pendidikan seksual.
  6. Menghindari lingkungan yang tidak kondusif.

Dari paparan sepanjang jalan kenangan di atas tak salah bila kita rekap dalam konklusi teraktual.


Pergaulan bebas menjurus seks bebas tak seharusnya mendapat tempat di ranah kawula muda perambah perubahan. Budaya asing boleh saja diadopsi asal positif dan tak bertentangan dengan ajaran agama serta nilai-nilai budaya kearifan lokal.


Masa muda tak boleh tergadaikan pada hal-hal sepele berkamuflase kata keren. Ingat dampak negatifnya di kemudian hari! Jika ingin keren bukan dengan cara-cara maksiat berlabel bejat. Jadi juara kelas, memiliki indeks prestasi tinggi, jago futsal, menang lomba nyanyi, mahir bikin puisi, punya chanel youtube inspiratif, itu baru keren level dewa.


Seks bebas❌
Prestasi✅

Bagi para orang tua, jangan libatkan anak pada hal-hal keduniawian semata! Pendidikan formal amat penting namun tanpa didikan spiritual semua itu tak ada artinya. Ilmu tanpa agama sama saja dengan kebodohan kw terendah.


Asupi anak remaja dengan perhatian dan kasih sayang di rumah, agar mereka tak mencarinya di luar sana. Perhatian serta hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak, akan menjadikan mereka tak salah dalam melangkah. Sisipi dengan pengetahuan seksual yang tak tabu!


Jika sudah demikian adanya, mereka tak akan keluar rumah untuk hal-hal tak perlu. Mereka betah di lingkungan yang penuh kasih, yang menjauhkan mereka dari kemiskinan perhatian dan tuna cinta.




M💕💕E💕💕S




Share this:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini