Kencan Manja Tanpa Cinta Alias FWB

Kencan manja tanpa cinta apalah artinya? Lebih tragis mana dengan kencan buta? Mari jawab tanya yang ada.


Kalian pernah dengar istilah FWB (Friends With Benefits)? Atau, istilah friendzone lainnya One Night Stand? Sepertinya yang kedua lebih akrab di telinga ya? Apalagi bagi pencari kenikmatan sesaat tanpa tanggung jawab alias buaya cap rawa bejat. 


Friends With Benefits merupakan jenis hubungan tanpa status, dimana kedekatan fisik menjurus intimasi antara sepasang sejoli tanpa ada komitmen menyertainya. Atau secara gamblang dapat kita artikan sebagai sebentuk hubungan yang hanya mengarah kepada nikmatnya kebersamaan tanpa ada unsur-unsur romansa sebagai bukti ikatan hati.

Kencan ada tapi tak bercita rasa cinta. Sungguh hambar tak terkira.

Kencan manja tanpa cinta adalah FWB
freepik.com

Satu atau dua dasawarsa kebelakang pernah akrab juga di talingo telinga istilah lainnya. Eksistensinya cukup menjulang langit ketika itu. Kita sama-sama mendengar sebutan Teman Tapi Mesra (TTM). Jika masih berasa asing, sebaiknya pola pemakaian gadget Kalian mesti mendapat bantuan rehabilitasi deh. Hp jangan cuma buat youtube, tiktok, instagram ataupun twitter mulu. Sesekali buka google napa! set dah.


Jadi, ceritanya kala itu sebutan teman tapi mesra ini populis berkat secarik judul lagu yang boleh dibilang cukup hits pada masanya. Efek dominonya merambat cukup kencang menuju ranah gaul muda mudi. Namun entah bagaimana, setelah pameo ini akrab di pendengaran. Secara serta merta muncul pula diksi baru nan memiliki makna menggenaskan. Ya Pelakor (Perebut Laki Orang) lah. TTM nya mungkin sama laki orang kali ya? entahlah,,,


Kalo kita teliti lebih lanjut, ternyata FWB dan TTM memiliki kesamaan arti secara harfiah. Unsur hura-hura tanpa melibatkan rasa merupakan faktor pengangkat nilai identik. Ditambah lagi kesamaan dari nihilnya ikatan maupun komitmen yang menyertai keduanya. Jadi dari pada pusing, mending kita anggap sama saja ya? Setuju gak setuju bodo amatlah.


FWB atau Friends With Benefits merupakan muara dari kegagalan meraih cinta berhias komitmen. Atau katakanlah gagal pacaran. Hati yang sudah rindu menghadap dewi venus tersia-siakan oleh keangkuhan si dia yang tak menaruh rasa yang sama, rindu yang sama serta nafsu yang sama.


Lalu lahir kecewa dengan sikapnya yang sudah diretas lewat jalur tak rahasia. Kecuekan egonya tak pernah mau berdamai dengan perhatian tulus tanpa basa-basi. Dasar emang, entah tak punya perasaan atau pura-pura. Entahlah, hanya dia dan tuhan saja yang tau.


Ada pula kegagalan dalam usaha mempermanenkan ikatan. Kata putus semestinya bukan wacana sejak lama. Cinta porak poranda diluluhlantakkan sinergi dalam rasa yang tak bisa dipertahankan. Kata penutup "cukup sampai di sini saja" jadi pemantik dendam asmara bermerk sakit hati. Fenomena ini pun akhirnya menyeruak menjadi pangkal bala fobia pada ikatan


Pada akhirnya hati memilih untuk menempuh jalan tengah tak sarat resiko sakit dan kegagalan. Mendekati satu hati untuk meniti hubungan tanpa tali pengikat dianggap langkah paling mutakhir bagi kesejahteraan harapan. Bila gayung bersambut, ya sudahlah, FWB kini jadi program cinta sementara. Sementara membalut luka atau sementara saja hingga betah. Terserah lah,,,


Bukan itu saja sejatinya. Masih ada beberapa faktor lain kenapa manusia bumi golongan unregistrasi cinta memilih FWB sebagai gaya relationship teraktual. Pengen tau? muahh sabar dulu dong! Jika Kalian merasa tulisan ini layak baca, mohon bantu aku, share di sosmed Kalian dong! Sebelah kanan judul tulisan ini ada tombol sharenya. So, jangan lupa ya! Semoga pahala Kalian dilipatgandakan.


Penyebab Munculnya Fenomena Friends With Benefits


1. Kegagalan Cinta Bermuara Fobia

Kegagalan karena putus cinta atau kena prank rasa alias terghosting manja. Ujung-ujungnya hati menjadi parno untuk melibatkan diri di kisah episode baru. Pada season penutup cerita cinta yang lalu tak ada terselip sedikitpun akhir bahagia.  Malah dendam beraroma sakit hati ulah kata putus secara sepihak.



Kehati-hatian mengurus perasaan sekonyong-konyong hadir pemagar asa. Hati terlalu takut jatuh dalam lobang cinta yang sama. Menyematkan tali ikatan pada hubungan serasa menuai kecaman akan hadirnya prahara. 


Menempuh jalan damai tanpa ada rambu  penegur akan keterlibatan konflik hati dan perasaan merupakan pilihan tandingan berkadar senang. Dari pada harus selalu disibukkan mengurus aturan main pacaran. Mending rindu yang ada diendapkan hingga satu saat terlupakan.


Menjalani kisah tanpa ada judul ikatan dirasa pilihan tersyahdu bagi hati. Menikmati kemesraan tanpa beban, bercumbu mesra tanpa rasa selain nafsu, kini teraplikasi lewat kencan manja tanpa cinta. Di situlah FWB berkibar tanpa makna rasa.


2. Rasa Iri Karena Tak Pernah Tersentuh Ikatan Cinta

Iri pada cinta
pexel.com

Adalah hal lumrah dan cukup manusiawi, saat datangnya masa puberitas, manusia berupaya memperindah diri sebagai bekal penjerat cinta yang lewat. Hati yang kala itu baru mengenal cinta, tak pernah mau terasing dari ungkapan jatuh hati. Memperkenalkan diri lewat status hingga story sosial media seraya berharap ada cinta menyapa. Merupakan langkah konkret paling nyata melampiaskan hasrat akan cinta.


Lalu ada yang berhasil mendapatkan cinta hingga pacaran. Namun sayangnya ada pula yang gagal meraih hati sang pujaan. Mencoba berulangkali menaklukkan dunia asmara tak berbuah apa-apa. Entah salah strategi atau memang cinta terlalu eksklusif berlabel mahal. Anehnya, ada pula yang berdiam diri tanpa aksi nyata. Mereka hanya mengharap keajaiban. Mana tau ada cinta tersesat untuk diselamatkan. Ada-ada saja memang.


Nyatanya hati tak jua teregistrasi dalam hubungan. Belahan hati terlalu sulit untuk diundang. Ruang rindu kosong melompong. Demam kerinduan akan hadirnya cinta tak terawat dan terobati. Hati masih saja sendiri. Kini ia hanya bisa iri. Pasangan lain merambah ladang cinta lalu bertanam kasih sayang. Diri sendiri tak punya pilihan selain iri.


Sebagai pelerai gundah hati akan cinta. Terbersit niatan menginstal rasa manja yang sama, belaian yang sama, mesra yang sama. Tak ada kekasih, temanpun jadilah. Dengan segala kesepakatan, teman tapi mesra boleh juga dicoba. Dari pada cape'-cape' iri, mending mencoba pola ikatan tanpa rasa, tanpa rindu, tanpa setia dan tanggung jawab. Di sanalah awal kisah bermula.


3. Having Fun

Bermodal riset kecil-kecilan, tanya sana-sini hingga kolega tak resmi, tersimpulkanlah poin ini tanpa basa-basi beraroma dusta. Memang harus diakui, arus perubahan zaman serta merta menularkan bentuk degradasi kebiasaan di banyak sendi kehidupan. Tak terkecuali dalam dunia pergaulan generasi baru.


Berbagai trend akhirnya tersaji tanpa skenario dan rancangan awal. Ada yang berpacaran hanya lewat jalur online non pertemuan, ada yang ngebucin membabi buta melangsungkan temu frekwensi tinggi, ada yang sesama jenis, hingga ada yang pacaran tanpa ikatan cinta.


Sayangnya, ada yang sekedar ikut-ikutan. Pola pacaran kencan malam minggu, chattingan super intens, video call hingga terlelap, dianggap terlalu biasa dan tak berasa keren. Ujung-ujungnya jenuh lalu bubaran.


Memperbaiki jalinan yang telah rusak menjadi pilihan kedua, setelah tergiur pengaruh pergaulan yang tak bermartabat. Memilih untuk ikut-ikutan demi sebuah sensasi berujung having fun. Selagi semua senang kenapa tidak? Urusan rasa dan cinta ntar-ntar aja deh. Nikmati dulu FWB nya hingga tetes terakhir. Akhirnya pilihan mendahulukan birahi ketimbang cinta jadi langganan entah sampai kapan. Having fun, having sex and satisfaction.


Lalu, apakah FWB merupakan gaya pacaran yang layak bagi generasi muda? Sehatkah berpacaran tanpa ikatan? Amankah pacaran dengan hanya mengedepankan sensasi nafsu sexualitas? Sabar! Semua tanya pasti terjawab. Untuk itulah tulisan ini hadir. Penyumbang setitik manfaat bagi kaum pencinta berorientasi jodoh.


Resiko Menjalani Hubungan Friends With Benefits


Karena dijalani tanpa adanya rasa dan nihilnya tanggung jawab, tentu pola ini cukup sarat resiko bagi membernya. Berikut disajikan bagi Kalian. Simak baik-baik! Tik-tokan nya berhenti dulu! Ngedrakornya rehat sebentar. Dengar petuah Mahacinta akan resiko dari FWB.


1. Hubungan Yang Tempory

FWB ini berlangsung biasanya dalam tempo singkat. Paling banter setahunan gitulah. Andaipun ada yang bertahan lama, layak diragukan keberadaannya.


Yang menanggung beban resiko tentu saja hati beserta harapan. Saat ketergantungan berlanjut, hati hanya bisa pasrah tanpa ambisi apapun. Namanya juga tidak ada ikatan. Mau protes ke tuhan, sudah jelas-jelas salah aturan. Ya udah, menyiapkan diri untuk datangnya luka hanya itu pilihan yang ada.


2.Resiko Penyakit Menular Sexual (PMS)

Tak dapat dipungkiri hubungan Friends With Benefits ini kerap melibatkan hubungan sexual, walau ada yang tidak sama sekali.


Jika tidak hati-hati, hubungan bersifat FWB ini dapat beresiko tertular Penyakit Menular Sexual (PMS)  hal ini bisa terjadi lantaran rendahnya pengenalan akan latar belakang pasangan.


Resiko tertular penyakit kelamin seperti sifilis,gonore bahkan hingga hepatitis B maupun HIV sangat berpotensi tinggi. Apalagi jika berhubungan tanpa alat pengaman seperti kondom atau terlalu sering bergonta ganti pasangan.


3. Bisa Terjebak Dalam Krisis Kepribadian

Menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab adalah muara resiko menjalani FWB ini. Bagaimana tidak, terikat dengan kultusnya komitmen saja enggan. Hingga secara sadar melatih  untuk menanggalkan arti tanggung jawab.


Kesepakatan awal sudah jelas tak akan mengikutsertakan  nilai-nilai tanggung jawab. Yang penting having fun meski unhappy.


3. Melahirkan Keengganan Untuk Berkomitnen

Inilah resiko terparah menjalani FWB. Jika sudah terbiasa dengan kebebasan non aturan. Terikat lewat seutas tali komitmen akan dirasa sebagai sebuah penjara beban.


Penghuni hubungan ini lama-lama akan fobia pada ikatan bertali komitmen. Menjalin hubungan sah bisa saja dianggap menyengsarakan. Pernikahan terdampar jadi suatu kurungan. Jiwa dan raga sudah terbiasa dalam hura-hura cinta tanpa rasa. Menjalin keseriusan bukan lagi pilihan yang mesti disematkan ke hari depan. Lalu,,ah entahlah,,,


Cara Menyikapi hubungan FWB


Apa Nilai Benefit (Keuntungan) Dari FWB

Walau namanya Friends With Benefits , belum tentu benefit (keuntungan) sejati tertera dalam hubungan ini. Harus pasti dulu di kesepakatan awal.


Jika kamu sudah cukup dewasa untuk memutuskan, maka dewasa yang sama mesti hadir untuk resiko yang akan dihadapi. Jangan berharap akhir kisah indah bila tak ada ikatan rasa dalam makna cinta.


Jika hadir ke nalar hanya keraguan berparas kerugian, sebaiknya jangan pernah berniat untuk memulainya. Sakit di akhir cerita siapa tau berbonceng musibah.


FWB Lebih Dominan Sebagai Tindakan Pelampiasan Kebutuhan Sexual


Pola yang terbentuk mayoritas mengedepankan aksi seks bebas non ikatan. Kebanyakan pasangan yang melakoni kisah ini, beralasan karena desakan kebutuhan seksual semata.


Meski di awal telah terpatri kesepakatan sama dan tak sepihak, namun daya jelajahnya tak sampai pada resiko yang akan dihadapi. Seperti telah disampaikan sebelumnya, bahwa hubungan jenis ini cukup rentan dengan keterjangkitan penyakit seksual menular.


Apakah tidak terlalu riskan menyepelekan resiko di kemudian hari? Pertanggung jawaban seperti apa yang akan didapat diri hubungan nir kasih sayang? Sebaiknya pikir lagi sebelum memutuskan untuk terlibat.


FWB Tak Sesuai Dengan Kaidah Agama Dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal


Kita hidup di negara beragama meski multi ajaran. Agama merupakan tonggak peneguh moral serta etika manusia. Hidup kita akan lebih terarah bila perpedoman pada ajaran agama yang pasti mengajarkan kebaikan.


Budaya serta kearifan lokal yang kita miliki tak sedikit pula menyumbang pesan spiritualitas bagi umat manusia. Semua  konteks yang ada bermuara pada tujuan kebaikan paling hakiki.


Atas dasar dua ajaran tersebut tak akan terlalu sulit menyimpulkan mana tindakan baik, mana tindakan salah. Tolak ukurnya jelas, sumbernya pasti. 


Bila kita kaitkan dengan paham FWB, jelas-jelas hal tersebut sangatlah bertentangan. Melakukan sesuatu tidak pada tempatnya sudah jelas keliru. Melakukan hubungan bertitel pacaran saja di mata agama dianggap mendekati zina. Apalagi melakukan hubungan seksual sebelum nikah. Agama apapun, adat budaya manapun di negri ini pasti melarang keras.


Agama punya ketentuan baku dalam melegalisir hubungan percintaan. Sedangkan adat dan budaya memiliki cara meresmikan perayaan cinta. Semuanya ada dalam tatanan bersusun indah bertiang penyangga ketulusan dan tanggung jawab.


Jika demikian adanya, berfikirlah berulang kali bila terniat hendak ber FWB ria. Aku yakin Kalian cukup dewasa untuk memutuskan. Ikut terjun langsung atau memilih mengurus cinta bertema suci. Menjalin hubungan to having fun? Atau memilih cinta berlatar belakang komitmen, berlantai kesetiaan serta berdinding tanggung jawab.



M💕💕E💕💕S






Share this:

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini