Pacaran Virtual Program Cinta Berbasis Khayalan

Pacaran virtual adalah aktifitas memadu kasih asmara via jejaring sosial. Ritual wajibnya seperti chattingan, videocall, telpon dan sejenisnya. Tidak sama dengan pacaran konvensional dimana pertemuan jadi menu wajib. Di pacaran virtual pertemuan hanya bisa dinikmati secara online. Bercengkrama featuring canda tawa tersaji di dimensi ruang berbeda. 


Lalu apa asyiknya? Entahlah, gak usah tanya pada rumput yang bergoyang! Hingga lengan orion keseleopun gak bakal terjawab delik tersebut. Kalau bertanya pada ilmuwan seperti Isaac Newton bagaimana? Isaac Newton tau apa pasal cinta, Isaac tangis paling yang ada. Haha serius amat baca.


Pacaran virtual adalah aktifitas cinta via sosial media
pexel.com

Artikel ini akan mencoba menggali lebih dalam fenomena mutakhir dari kaum penikmat gabut dan overthinking. Alasan dibalik terselenggaranya pacaran virtual, dampaknya bagi kesehatan hati, serta serba-serbi halusinasi yang dianggap perlu. Baca saja hingga tuntas! Semua akan  tersaji setajam lidah tetangga.


Kenapa Pacaran Virtual Jadi Pilihan


Sebenarnya tak terlalu sulit mencerna tabiat remaja perihal agenda tak resmi ini. Cuma karena kemajuan sosial media, sekarang banyak mencuat istilah-istilah tak jelas juntrungan bermakna menggenaskan. Kita ambil saja contoh ghosthing dan fakir asmara. Dua diksi baru made in sosmed yang ada sangkut pautnya dengan permasalahan cinta virtual.


Berikut akan dijelaskan apa saja yang menjadi pangkal bala terlahirnya program cinta berbasis dunia maya alias pacaran virtual ini.


Let's check this out!

1. Karena Khayalan Lebih Indah Dari  Kenyataan.

Kata pujangga hal paling indah di dunia adalah khayalan. Apalagi khayalan tentang cinta. Iya kan? Iyain aja deh gue maksa! 


Si dungdungpret berkhayal memiliki pacar secantik bidadari. Si laila canggung tak mau kalah. Dia berkhayal dipersunting pangeran tampan anak sultan. Hingga tujuh purnama terlewatkan, khayalan tersebut masih terlalu tangguh untuk diusir dari lamunan.


Sama halnya dengan pacaran virtual. Saat keterbatasan fisik dan mental jadi penghalang mengundang cinta secara nyata. Ada obat mujarab berdosis tepat. Resepnya ditulis tabib berjubah sosial media.


Para aktifis cinta nan terjun di kegiatan akselerasi rasa via sosial media ini sadar atau tidak sadar, sebenarnya sedang terjerat dalam kondisi kefakiran akan cinta. Kondisi ini diperparah dengan keterbelakangan keberanian mengarungi dunia asmara. Memilih  menjomblo hingga thanos turun ke bumi merupakan pilihan dalam keterpaksaan.


Lalu muncullah ke permukaan konsep alternatif baru dalam berpacaran. Availablenya stock hati beda gender nan senasip sepenanggungan menjadi indikator utama terselenggaranya pacaran virtual. 


Pacaran tanpa tatap muka apalagi peluk cium. Menghabiskan waktu di depan gadget dianggap sebagai sebuah keterwakilan prosesi kencan. Selebihnya apa? Apalagi kalau bukan khayalan.hmm,,


2. Ekspektasi Soal Fisik Tersamarkan


Padahal manusia merupakan mahkluk ciptaan tuhan dengan sebaik-baik bentuk. Apabila didandani dengan polesan filter instagram paripurna sudah keanggunan.


Sayangnya manusia seperempat baya tak percaya cantik itu dari dalam, tampan itu bukan dari stelan. Tampilan luar jadi harga mati  pembungkus harga diri. 


Maka program unifikasi dua hati terasa lebih tentram menggunakan jasa sosial media. Kekurangan fisik jadi tersamarkan. Masa tunggu hati pada datangnya calon penghuni berakhir di kencan virtual. 


Ketemuan di dunia nyata membahas cinta, apa cerita? Entar dulu deh, ini lagi syik. Halusinasi tengah terbang tinggi hingga matahari.


3. Terpaksa


Iya keterpaksaan. Saat cinta asli tak jua teregistrasi. Konak khayalan rindu membabi buta pada kemesraan. Kapan datangnya panggilan "sayang"?


Bagi mereka yang tak kuasa mengalahkan hasrat jatuh cinta serta memiliki pasangan, terpaksa memilih jalur cepat tak sarat hambatan. Pacaran virtual berangkat jadi agenda cinta teraktual.


Mesra juga kok, syahdu juga, manja juga, bergelora juga, semua rasa perwakilan budaya jatuh cinta teraplikasi secara seksama. Faktor pembeda cuma satu saja. Tak benar-benar nyata.


4. Lebih Hemat

Pasti hemat lah, iya gak? Kalian cuma butuh modal paket data internet. Syukur-syukur bisa dapat password wifi tetangga. Lelet-lelet sedikit no problemo lah. Halusinasi masih memberi permisif.


Alasan ini biasanya dipakai para aktifis cinta penguggah rasa rindu namun terhalang hambatan. Semisal hujan di malam minggu. Malam minggu berikutnya juga sama masih hujan. Lalu begitu seterusnya. Ternyata hoax, hujan hanya jadi alasan saat ditanya tetangga. "Malam minggu kok di rumah aja?"


Mereka ternyata menyepakati hal-hal tertentu. Kesepakatan yang pada akhirnya berbuah manis. Hati bahagia kantongpun sehat. Pacaran virtual ternyata juga asik, mana hemat pula. Trus jomblo bisa apa? Mengkhayal dulu deh, asyik tau!


5. Karena LDR


Bagi pasangan penganut genre cinta beda lokasi ini, mereka bukanlah kaum penghamba kemapanan halusinasi. Mereka berpacaran, cuma terpisah jarak ulah perbuatan nasip dan garis kehidupan.


Hati mereka steril dari khayalan tak jelas juntrungan. Rindu di hati mereka sisihkan, untuk disedekahkan pada nurani saat ada akses pada pertemuan.


Bagi Kalian yang LDR wajib baca : Apa Itu LDR Dan How To Survive In LDR?

Pacaran secara virtual jadi vaksin bagi hati mereka agar imun pada godaan. Terpisah jarak, ruang dan waktu terobati oleh aplikasi buatan kekinian.


Alasan Pacaran Virtual Tidak Layak Bagi Hati


1. Mengurangi Minat Untuk berhadapan Langsung Dengan Pasangan


Seorang peneliti dari University Of Missoury bernama Russel Clayton pernah menyampaikan bahwa, pacaran secara virtual akan menurunkan minat seseorang untuk bertemu dengan pasangan, karena semuanya bisa dilakukan secara online.


Padahal tidak semua masalah bisa terselesaikan lewat chattingan ataupun video call. Bila ingin pacaran langgeng kontak fisik tetap dibutuhkan. Tentu saja dengan batasan-batasan yang wajar. Pegangan tangan, saling bertatap mata langsung ataupun berbalas senyuman tentu lebih dahsyat kadar damagenya bagi hati.


2. No Quality Time

Quality time bersama orang-orang terdekat dan terkasih bisa jadi sarana relaksasi bagi hati serta meningkatkan taraf keharmonisan dalam sebuah hubungan.


Quality time tidak terakselerasi lewat dunia maya melainkan via pertemuan langsung dan tatap muka secara nyata. Disanalah moment sakral membahas cinta.


Dalam pacaran momen ini jamak disebut dengan istilah kencan. Tapi kencan benaran ya, bukan online.


3. Tak Sesuai Dengan Ekspektasi


Saat bertemu langsung manusia bisa menilai hal-hal tertentu dari cara bicara. Begitu juga dengan tatapan langsung, seseorang bisa mengukur kadar ketulusan maupun kedewasaan lawan bicara.


Berbeda dengan online, kita tak akan mampu memahami karakteristik sesungguhnya pada diri seseorang. Bisa saja dia asyik di chattingan, keren di video call, namun garing saat bertemu langsung.


4. Gampang Putus


Kita akan sulit menebak jati diri seseorang bila hanya bermodalkan komunikasi virtual. Sebuah barang mahal dalam hubungan berinisial ketulusan tak akan terdeteksi eksistensinya lewat canda online.


Pada umumnya manusia menyembunyikan keaslian karakter saat terjun di dunia maya. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kedekatan emosional.


Lalu perihal tersebut akan tumbuh menjadi katalisator keretakan hubungan. Kedalaman hati tak sama-sama terselami secara paripurna. Pada akhirnya tinggallah kerentanan pada kata "putus dan cukup sampai di sini saja" 


5. Pacaran Virtual Sering Berwujud Penipuan Cinta


Kalian pasti banyak mendengar berita musibah perkosaan seorang gadis yang di dalangi oleh seseorang yang dikenal lewat sosial media. Peristiwa ini cukup marak terjadi tidak satu dua.


Buat para ciwi-ciwi berhati-hatilah beraktifitas online bila sudah mengikutsertakan hati. Ingat! Pria punya senjata akal bulus titipan patriarki.


Bila ingin menjalin sebuah hubungan apalagi dengan goals pelaminan, perluaslah circle pertemanan di dunia nyata. 


Berkenalanlah secara langsung. Walaupun itu kuno tapi belum tentu tak bermanfaat terutama bagi hati. 


Pacaran secara virtual hanya akan memperkokoh tahta khayalan dalam diri. Sarat ketidakpastian, sarat resiko bagi keselamatan diri apalagi bagi kemeriahan hati.





M💕💕E💕💕S










Share this:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini