9 Red Flag In Relationship (Kekerasan Dalam Pacaran)

Red flag relationship diartikan sebagai suatu yang dilakukan seseorang penanda kurangnya respek, peduli dan rasa sayang dalam seikat hubungan asmara. Munculnya teguran setelahnya acap berbuah petaka. Parahnya, tabiat ini bisa berujung kekerasan. Gampang ditebak, Korbannya siapa lagi kalau bukan perempuan.

Kekerasan terhadap perempuan ternyata bukan hanya ada KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), dalam pacaran pun ada kekerasan yang terjadi baik secara verbal, seksual, maupun kekerasan secara fisik. Istilah paling mutakhir mencuat adalah KDP (Kekerasan Dalam Pacaran)

Hal ini, belakangan cukup jadi perhatian termasuk dari Komnas Perempuan. Karena disinyalir yang jadi korban dominan adalah kaum perempuan. Bercermin pada data Komnas perempuan, KDP menempati urutan kekerasan kedua terbanyak setelah KDRT. Nah lo, ngeri gak tuh!


Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami korban dalam segi fisik seperti mendapat pukulan, tendangan, didorong, digigit atau bahkan di cekik. Dalam bentuk psikologis yaitu dengan mendapat perlakuan hinaan, ancaman, intimidasi dan mengisolasi korban. Korban diarahkan dan dikontrol dengan siapa bergaul, berbicara serta beraktifitas. 


Pelaku menggunakan modus cemburu untuk membenarkan tindakannya.

Kekerasan yang banyak terjadi adalah kekerasan seksual pada kaum hawa. Ancaman untuk mendapatkan sex ditimpali dengan ancaman untuk menyebar luaskan video intim ataupun foto bugil lewat sosial media.


Lebih parah lagi, korban KDP yang rata-rata perempuan ini ternyata juga mendapatkan ancaman untuk melakukan aborsi setelah tertimpa ancaman melakukan hubungan seksual sebelumnya.


Ternyata pacaran juga menanggung resiko yang cukup tinggi akan keselamatan jiwa. Tak berlebihan perlu adanya penyuluhan atau pendidikan pada remaja tentang perilaku hubungan dan kegiatan sex yang tidak semestinya. Sehingga ini kini jadi perhatian cukup serius terutama dari Komnas Perempuan.


Dan dalam tulisan ini, kekerasan atau abused dalam hubungan yang belum tersertifikasi ini, kami beri julukan Red Flag Relationship.


Apa itu red flag relationship?


Mungkin istilah ini masih asing di telinga sobat mahacinta. Makanya kita akan coba membedahnya dalam porsi yang tidak menjemukan. Red flag relationship adalah sebuah tanda peringatan dalam hubungan relasi hati, dimana salah satu peserta dalam kongsi cinta tersebut mengalami kerugian.


Atau bisa diartikan, adanya ke tidakbahagiaan dari salah satu pelaku relasi yang bahkan menjurus pada keadaan yang membahayakan keselamatan.


Maka cara paling bijak tentu saja keluar dari relasi tersebut setelah adanya ciri atau tanda bahaya (red flag)


Namun persoalan yang timbul kemudian adalah, bagaimana cara membedakan sebuah relasi yang memang lagi dalam masa pertengkaran dengan suatu relasi yang berpotensi abusive.


Berikut akan dipaparkan tanda-tanda red flag relationship. Para cewek-cewek sebaiknya tau, agar tak timbul penyesalan mendalam di kemudian hari.



Signal Awal Red Flag Relationship Berkibar


1. Mendapat Penolakan Terhadap Argumen Dan Kekhawatiran, Dari Pasangan


Saat hubungan cintamu mengarah pada hubungan yang tidak sehat bahkan berpeluang toxic, tentu akan memunculkan argumen-argumen untuk perbaikan disertai pula ke khawatiran yang sangat wajar.


Dalam periode begini, mencari solusi terbaik tentu bernilai harapan tinggi bagi keberlangsungan hubungan. Sebab jika berlama-lama mengidap ke khawatiran dalam ke-toxican hubungan sudah barang tentu akan mengikis kadar bahagia yang seharusnya eksis.



Namun sialnya, pada kondisi ini pasangan cenderung menutup mata dan tak sedikitpun memberi perhatian atas keresahanmu yang cukup beralasan. Si dia selaku pasangan tak pernah mengubris keinginanmu untuk berdiskusi tentang nasip hubungan yang sesungguhnya tak lagi layak huni.


Hal ini dapat dijadikan landasan yang cukup kuat untuk membuat keputusan agar keluar dari kondisi relationship yang tidak lagi sehat. Dari pada berujung pada pertengkaran yang mungkin saja bernilai abusive nantinya, mending loe dan dia end!


2. Terlalu Dikontrol Dan Tidak Mendapat Rasa Percaya Pasangan


Pasangan yang terlalu mengontrol
pexel.com

Sebenarnya kadar cinta dalam suatu hubungan bisa dibiarkan tumbuh tanpa perlu aturan-aturan baku yang terlalu mengikat. Rasa tanggung jawab akan keberlangsungan hubungan memang perlu dipupuk lewat diskusi cinta dan resolusi tepat sasaran.


Hubungan yang masih berwujud embrio yang masih jauh dari proses persalinan pernikahan, belumlah terlalu sakral untuk diurus lewat cara-cara radikal.


Menyemai bibit cinta dengan pupuk saling memberi bahagia, sudah cukup untuk cinta tumbuh dan subur. Timpali saja dengan menyiram dan merawatnya dengan sikap setia dan jujurnya rasa tanggung jawab pada komitmen.


Akan terlalu berlebihan bila hubungan yang belum baku disisipi aturan-aturan formal yang sifatnya mengikat. Tak boleh seperti ini dan seperti itu. Dilarang begini dan begitu. Mau kemana lapor dulu. Pergi dengan siapa wajib memberi tau.


Its so suck sister!  Jangan-jangan ini awal pertanda abusive? Mengekang dan tak mendapat kepercayaan pasangan itu sunguh-sungguh toxic. Barangkali ini fase awal berkibarnya red flag relationship. Kemasi saja harap dan cintamu. Lalu pergi berlalu. Tanpa pesan pun bukanlah sebuah kesalahan.


3. Tak Merasa Sepenuhnya Jadi Diri Sendiri


Hubungan yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang tak sebentar, seharusnya menaruh rasa nyaman bagi tiap individu penyelenggaranya. Waktu semestinya mengajarkan hubungan untuk menikmati suasana intimasi penuh rasa peduli, saling percaya dan menghargai.


Rasa nyaman adalah kualisi permanen cinta. Jika tak kamu temukan dalam hubunganmu dengan dia, itu artinya hubungan kalian sudah tak baik-baik saja.


Apalagi jika muncul kecurigaan-kecurigaan tak bertuan, kritikan, bahkan merasa dihakimi saat kamu berusaha menyembunyikan bagian-bagian sikapmu yang tak direstui pasangan.



Sudahlah,,,! Nasip kisah cintamu tak butuh lagi serius untuk diurusi. Peluang menuju ke arah pernikahan tak baik dipaksa untuk tetap ada, di masa kamu tak lagi menjadi dirimu yang selalu tertekan dengan curiga dan kritikan pasangan.


4. Adanya Perhatian Dalam Bentuk Ke Khawatiran Dan Teguran Dari Keluarga Dan Orang Terdekat



Keluarga dan orang terdekat akan selalu membantu menaikkan level legalitas hubungan ke arah yang lebih resmi seperti pertunangan dan pernikahan. Keterlibatan mereka wajib ada, sesuai porsi rasa tanggung jawab dan perhatian.


Keluarga dalam hal ini orang tua, adalah mitra yang mesti diajak bicara tentang langkah-langkah kedepan sebuah hubungan. Tanpa andil mereka hubungan cintamu tentu belum berada pada jalur yang semestinya.


Menyembunyikan kisah cintamu dari rasa harap orang tua bukanlah tindakan kemandirian yang wajar ada. Merekalah orang-orang pertama yang akan melihat gelagat red flag dalam relasi hatimu. Ke khawatiran mereka wajib dipertimbangkan jika ada. Terutama saat hadirnya bentuk-bentuk keresahan yang berpotensi berasal dari kejadian perundungan.


Sangat bijak mendengarkan opini dan ke khawatiran mereka. Saat kamu bahagia dalam cinta, mereka hanyut juga dalam bahagia yang sama. Namun saat kamu merana dan kecewa karena cinta, peran nasehat mereka layak dipertimbangkan.


5. Kamu Terpaksa Menghiraukan Kebutuhanmu Demi Pasangan


Relationship yang baik tentu saling memberi dan saling menerima. Tak ada monopoli dalam hak dan kewajiban. Tak ada paksaan untuk bersikap searah dan meninggalkan cara-cara penyeimbangnya.


Perbedaan pandang dalam sikap wajar adanya. Karena perbedaan dalam rupa itu bersifat menyatukan dan meluluh lantakkan sikap egoisme.



Jika ada keterpaksaan hadir dalam hubunganmu, dalam bentuk keharusan mendengar semua pendapat pasangan dalam rupa kebenaran lalu mengubur opinimu. Keterpaksaan memprioritaskan semua kebutuhan pasangan dengan menganulir semua kebutuhanmu. Yang kau maksudkan untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan, itu adalah gejala awal bernilai sempurna akan kehadiran red flag relationship.


Yang terbaik dan utama pastinya take and give yang sifatnya saling. Bukan menguasai ataupun monopoli. Ingat definisi cinta dari ceritaku yang lalu!


Cinta artinya keinginan atau hasrat untuk memiliki tanpa ada maksud menguasai.

6. Pasangan Menjauhkanmu Dari Pergaulan Dan Hal Yang Menjadi Minatmu


Pasangan bukan virus ya! Yang mesti disikapi dengan langkah Social Distancing. Pacar ataupun hubungan tak memiliki tali kekang atas dirimu untuk menentukan pilihan untuk bergaul dengan siapa saja, serta membatasimu untuk aktualisasi segala minat akan hal-hal yang menarik perhatianmu.


Ketegasan dalam sikap wajib ada dalam skenario yang merugikan hati seperti ini. Masa penjajahan sudah lama lewat, pengekangan sudah tak lazim lagi. Memberikan hati yang telah terpanah asmara cintanya adalah alami dalam cinta. Tapi mengekangnya, itu adalah kebiadaban untuk hati.



Jika pacar atau pasanganmu masih menyelenggarakan kegiatan kekang-mengekang yang merupakan red flag dalam relationship, cara paling dewasa menyikapinya adalah dengan mengasumsikan si do'i sebagai virus berstatus pandemi.


Kamu tau kan apa yang mesti dijalankan,,? Iya,,, phisical dan heart distancing forever.


7. Adanya Tekanan Dalam Dosis Tinggi


Ini bisa saja berbentuk dorongan atau paksaan untuk melakuan hubungan sexual, tinggal bersama atau bahkan paksaan untuk menikah.


Namun bukan itu saja sesungguhnya. Dalam beberapa kasus KDP ditemukan bahwa korban juga mengalami tekanan dalam bentuk paksaan untuk menyumbang angka finansial. Sungguh tindakan laki-laki bejat.


Dengan adanya red flag dalam wujud ini, sebaiknya kamu harus berani segera keluar dari relasi yang sesat. Mengadu pada orang-orang terdekat pasti akan ada solusi pasti.


8. Munculnya Tanda-tanda Depresi Disertai Stres



Terlalu lama berada dalam relationship yang toxic tentu saja akan berpengaruh pada kesehatan mental dan nurani. Hubungan yang seharusnya menawarkan bahagia justru bertolak belakang adanya.


Adanya depresi dan stres dalam menjalani hubungan dalam relasi kasih sayang, itu murni alarm penanda berkibarnya red flag dalam hubunganmu.


Cinta artinya memberi bahagia, bukan menyumbang duka dan sakit hati apalagi dalam kadar tak terhingga.

Benahi saja harapmu yang salah haluan. Berhenti sejenak untuk menilai kekeliruan yang menimbulkan depresi selama ini. Entah itu karena dominasi si dia atau sikap-sikapnya yang intoleran dalam cinta. Pergilah selagi sempat!


9. Mengalami Abusive Dalam Bentuk Fisik, Verbal, Seksual, Financial


Kekerasan dan perundungan
pexel.com

Buat kalian para kaum hawa yang lagi dilanda badai cinta dan berlabuh dalam relasi hati. Jangan sampai cinta membutakan kalian pada kaidah-kaidah bernilai hak azasi kemanusian yang tak mengecualikan perempuan dalam tafsirnya.


Cinta sih boleh dan sah-sah saja. Namun jika dalam perjalanannya kalian mengalami perundungan atau kekerasan dalam bentuk verbal, fisik, seksual dan lain-lain. KALIAN JUGA BERHAK BERKATA TIDAK DAN MENOLAK.


Kalian juga harus tau kemana mau mengadu. Orang tua, keluarga dan orang-orang terdekat tak salah untuk diajak menerima pengaduanmu. Di negara kita juga ada Komnas Perlindungan Terhadap Perempuan. Yang jika ditafsirkan, juga berhak mengurus Kekerasan Dalam Pacaran (KDP).


Mencintalah sewajarnya, jangan terlalu dalam. Karena saat hadir sakit, tak akan terlalu menjadi beban berat untuk meninggalkan. Dan yang lebih maha penting, jagalah diri kalian baik-baik sebagai bentuk perwujudan rasa syukur atas nikmat tuhan.





M💕💕E💕💕S


Sumber:






Share this:

Komentar

  1. tapi herannya banyak yang gak mau putus dg harapan masih bisa diperbaiki. ini pengalaman aku dg muridku. dia punya pacar yg suka keras fisik, sdh aku bilang putus saja, dianya gak mau, katany masih berusaha untuk merubahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peran penting orang terdekat seperti ibu selaku guru, memang sangat dibutuhkan. Tapi terkadang jiwa muda mereka susah juga untuk di arahkan ke jalan baik. Makasi komentarnya bu Tira🙏

      Hapus
  2. No 2 aku pernah ngalamin dulu. Dan anehnya heran aja aku sabar banget -_- . Pas masih pacaran, ga keitung deh banyaknya larangan dan tuduhan. Dari yg agak masuk akal, sampe absurd luar bias. Kami sedang naik motor, dan sampe ditujuan aku dituduh td pas perjalanan liatin cowo lain. Kliatan dr spion dia bilang. Dan aku malah minta maaf sambil ksh penjelasan kalo td bukan Krn melihat tapi Krn BLA BLA BLA... ngapain coba, udah jelas2 dia sakit dan toxic. Ya kaliiii dalam kondisi motor LG jalan aku bisa ngeliatin cowo2 secara detil -_-

    Dan Krn didiemin, lama2 berubah jadi poin 9, abusive secara verbal. Makin kasar, dan pakai kata2 makian. Sampe akhirnya dia salah kirim SMS , yg harusnya utk selingkuhan, malah ke aku. Dari situ aku tau dia selingkuh :p. Bukannya minta maaf, malah ngeles. Katanya aku yg salah, Krn lebih mentingin kuliahku drpd dia. Aku keukeuh minta pisah, dan dia maki2. Kasar banget. Untungnya itu nyadarin aku, cowo sinting kayak dia ga patut di pertahanin. Bhaaay jauh2.

    Setidaknya aku dpt pelajaran, jgn mau ditekan, disetir, dimaki apalagi main tangan oleh pasangan. Hrs berani bilang ga dan melawan. Seandainya ada anak, aku ttp bakal milih pisah dr cowo begitu. Kita tetep berhak bahagia kok. Ngapain dipertahankan hubungan yg ga sehat. Hanya nyiksa lahir bathin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah.mental seperti mba fanny perlu ditiru. Berani mengatakan tidak dan melawan. Sharingnya sangat membantu. Semoga kedepan makin minim wanita yang mendapat perlakuan abusive dari pasangan.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini