Tak Salah Menjadi Single Lady Dengan 5 Alasan Ini

Menjadi single lady untuk jangka waktu diluar ambang batas normal tentu bukan kenyataan hidup yang di ekspektasikan semua gerombolan kaum hawa. Mereka yang sejatinya merupakan kelompok separatis pengacau keamanan hati pria pasti bermimpi berekspansi rasa di hati arjuna.


Berkhayal terbangun di tiap pagi disamping peluk hangat pria pujaan kalbu. Menikmati rasa malas memulai hari karena terbuai canda dan cengkrama romantis lewat cubitan manja di lesung pipi, adalah halusinasi wajar si pendamba cinta berpangkat nona.


Memilih menjadi single lady
pexel.com

Lalu bagaimana ceritanya jika  cerita hidup yang masih butuh banyak ditulis, tak memiliki objek pelengkap history dalam wujud sosok pangeran berkuda putih mengusung seikat mawar. Haruskah berteman sepi, sendiri lalui hari hingga senja berniat datang.


Wanita manapun di bawah kolong langit, tak berharap kisah hidupnya hanya hitam dan putih. Mereka pasti butuh seorang yang membawa warna dalam jalan cerita hikayatnya. Seseorang yang mampu menghadiahkan pelangi, memberi kehangatan dan perlindungan bagi jiwa mereka yang rapuh.



Namun kenyataan hidup kadang berkata lain. Nasip kemujuran cinta kadang tak berpihak pada sang nona. Memiliki ekspektasi sering tak cukup memberikan andil pada mimpi yang sesungguhnya manusiawi dan tak pula terlampau tinggi.


Sempitnya ruang pilihan, tak cukup untuk mengumandangkan aspirasi hati yang berharap cinta murni. Rasa kagum tak pernah terwakili. Sosok idaman hati terlalu laknat untuk diusung jadi pemimpin dan imam bagi jiwa dan raga yang haus melayani.


Menjadi sendiri dalam kapasitas single lady, pilihan dalam keterpaksaan yang tak mungkin ditolak. Kaum penyaji cinta tak cukup baik menawarkan bahagia tanpa embel-embel  pemuasan nafsu dan ketamakan cinta.


Lalu, salahkah pilihan yang telah ditetapkan hati untuk tetap sendiri. Jika bahagia lahir batin adalah tolak ukurnya? 


Maka orang lain tak baik dan tak layak menghakimi. Walau janggal, namun bukanlah pemberontakan terhadap kodrat.


Tak Salah Menjadi Single Lady Dengan 5 Alasan 

1. Tak Menemukan Sosok Pria Yang Sanggup Jadi Imam


Wanita punya hak memilih dengan siapa dia akan merancang dan membangun sebuah masa depan. Momen yang memiliki unsur kesejahteraan sosial serta keadilan yang beradap bagi cinta. Masa depan yang bukan hanya ada dalam rayu brutal dan gombal ekstrem tak bermakna apa-apa.


Di angan wanita, buat apa cape'-cape' mencinta dan membina sebuah hubungan, jika itu dijalani dengan orang yang tak memiliki tanggung jawab akan kodradnya yang kelak akan jadi imam dan pemimpin bagi si wanita. Buat apa membuang-buang waktu memberi kesempatan pada ke sia-sia an.



Pilihan yang sejatinya tak salah. Ruang lingkup berfikir wanita yang amat kompleks dan melibatkan masa depan di dalamnya. Adalah motor penggerak intelektualitas mereka dalam memutuskan urusan masa yang akan datang.


Ruang lingkup berfikir yang mewajibkan sikap selektif. Dan dalam ruang lingkup itu, tak ada tempat bagi pemujaan dan kegiatan menyembah sikap otokratik pria yang tak memperjual belikan ketaatan ibadah dan nilai religius yang teramat mulia.


So,,, 

Jangan salahkan wanita jika menjadi single lady adalah pilihan yang terpaksa mereka ambil.


2. Mengalami Trauma Sebagai Imbas  Masa Lalu Cinta Yang Teramat Memilukan


Wanita trauma dengan masa lalu cinta
pexel.com

Bagi sebagian orang mungkin mudah melantunkan kata-kata penyemangat untuk bangkit dari keterpurukan. Tapi tak sama halnya bagi wanita selaku objek yang mengalami perihnya luka ditusuk duri cinta.


Perselingkuhan, pengkhianatan, atau bahkan pemutusan hubungan cinta secara sepihak lewat aksi ditinggal nikah, tentu meninggalkan luka menganga teramat dalam di sanubari wanita.



Luka hati yang teramat sulit mencarikan obat penawarnya. Mungkin saja luka itu bakal lama mengering dan sembuhnya.


Terlebih lagi pada wanita yang taat azas cinta. Mereka yang telah menaruh percaya di setiap ucapan pria. Mereka yang dengan rela mengkebiri semua harap pada datangnya cinta yang lain. Mereka yang menanam asa dipersunting dan dinikahi. Tak terbayangkan perihnya luka.


Tak salah bila mereka trauma akan cinta dan phobia dengan kegagalan. Memilih untuk sendiri dulu dalam jangka waktu yang tak dapat dikira, bukanlah ketakutan yang berlebihan.


Mereka memilih menyendiri atas dasar kecewa yang tak ingin terulang.

3. Arus Perubahan Yang Mengikis Makna Serta Nilai Sakral Sebuah Komitmen


Sakralnya nilai sebuah komitmen
pexel.com

Jika dibandingkan dengan rentang waktu yang telah lalu, tentu ragam perubahan di hidup manusia pasti akan sampai pada masanya. Pesatnya kemajuan zaman ikut andil melahirkan perubahan dalam segi apapun. Tak terkecuali pada mental dan spiritual manusia penghuni bumi. 


Dulu mungkin pacaran termasuk aktifitas yang tak dilegalkan. Sembunyi-sembunyi atau menggunakan jasa perantara, menitip kabar atau berkirim surat, adalah rutinitas pacaran yang lumrah ketika itu. 


Coba bandingkan dengan masa kini. Pria dan wanita merasa memiliki hak untuk memiliki eksistensi memadu gairah cinta nan menggelora. Bahkan banyak yang kebablasan. Dan itu semua dianggap lumrah.


Perubahan yang seperti ini berperan amat penting dalam proses terkikisnya nilai serta norma adat dan religi. Salah satu korbannya adalah cara pandang manusia terhadap sebuah komitmen yang sejujurnya belum baku.


Komitmen dianggap sebagai penghalang aktualisasi diri. Komitmen dipandang sebagai alat kekang yang terlalu membatasi. Kapasitasnya kian hari kian tak dianggap perlu dan penting bagi hubungan.



Lalu saat si wanita terpaksa hadir ditengah-tengah kondisi seperti itu, salahkah bila mereka ragu? Salahkah bila mereka mengendapkan harap?


Iya,,,,,tentu tak salah. Walau dengan instrumen selektifitas sekalipun, belum tentu berhasil mendatangkan sosok jodoh berkualitas tinggi


Lalu si wanita bisa apa,,,,,? Saat kian terkikisnya nilai sakral sebuah komitmen, wanita hanya bisa memilih untuk sementara sendiri dulu.


4. Meraih Impian Pribadi Sebelum Mengurus Cinta


Menjadi seorang tehknokrat, sarjana hukum, dokter atau apapun yang menyumbang perubahan ke arah yang lebih baik bagi keluarga dan orang-orang sekitar adalah cita-cita mulia tak terkecuali bagi wanita.


Sekarang bukan lagi zaman penjajahan dan penindasan. Wanita juga berhak mewujudkan mimpi pribadinya. Emansipasi adalah kata kerennya. Urusan sumur, kasur dan dapur bisa menuggu. Mewujudkan mimpi jauh labih utama.



Setelah semua itu tercapai dengan sempurna. Menghindari cinta dan menjauhkan diri dari jodoh, tentu tak baik bagi wanita. Menjadi singgle lady sementara mengurus cita-cita, valid no debat, kalian idaman.


5. Belajar Mandiri Dalam Konteks Pribadi Sebelum Meramu Sebuah Relationship Yang Berazas Kemandirian.


Supaya tak bias, mari kita perjelas dulu maksud relationship yang berazas kemandirian. Yang dimaksud disini adalah sebuah jalinan relationship atau relasi hati yang tak banyak melibatkan-kepentingan lain selain kepentingan peserta hubungan tersebut.


Ini juga berarti memperkecil keterlibatan keluarga dan orang terdekat dalam kondisi hadirnya perselisihan dan pertengkaran di tengah-tengah hubungan. Bukan bermaksud mengkerdilkan peran mereka, tapi lebih kepada upaya kemandirian dalam menyelesaikan masalah dan belajar meningkatkan otoritas rasa dalam mencari solusi terbaik bagi berdua.



Peran keluarga dan orang terdekat tetap dibutuhkan. Hanya saja penempatan dan porsinya saja yang dibatasi dan diatur sedemikian rupa.


Mari kembali pada tema!


Menjadi wanita mandiri yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri, belakangan berangkat menjadi sebuah harapan bernilai cukup bagi kebanyakan kaum hawa. Ketergantungan terhadap pria bukan lagi tren yang masih layak mereka ceritakan.


Wanita juga memenuhi syarat agresifitas dalam mengejar pundi-pundi finansial. Entah itu karena terpengaruh lingkungan, atau karena faktor makin meningkatnya kebutuhan mereka akan skin care. Entahlah,,,,tanyakan saja pada mereka.


Yang jelas, langkah seperti itu tak salah dan melanggar undang-undang. 

Namun bukan itu saja poin penting dari poin nomor lima ini. Banyak unsur-unsur kemandirian lain yang wajib dilatih wanita sebelum memasuki jenjang relationship.


Kemandirian dalam sikap, kemandirian berperilaku sebagai seorang yang terdidik, serta kemandirian dalam memilih dan menentukan arah dunia pergaulan mereka sendiri. Karena pada prinsipnya wanita terlalu gampang tergoda hura-hura yang bermodalkan kilauan emas permata.


Mandiri dari itu semua, akan membentuk katakter wanita yang memiliki kapabilitas tinggi untuk terjun dalam hubungan yang berazaskan kemandirian pula. Mereka tak akan ragu mengambil peran sebagai penyeimbang sebelum hadirnya keputusan bersama. Lalu pada akhirnya. Pria tak akan lama dan tak sabar melamar dan meminangnya.


Kini,,,,


Biarkanlah mereka memutuskan untuk sendiri dulu. Menjadi single lady bukanlah pantangan untuk dibiasakan, asal kapasitasnya tak melampaui ambang batas waktu normal.


Memiliki kekasih, berselimutkan MAHACINTA, bukanlah hal yang diharamkan oleh wanita type apapun. Mereka hanya butuh meyakinkan diri. Sebelum timbul penyesalan, buah dari pilihan yang sesat jalan.





M💞💞E💞💞S







Share this:

Komentar


  1. Wah Mantep Mas Pembahasaya,
    Dengan bahasa sastra yg di padukan imajinasi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas komentar dan kunjungannya mas arif🙏🙏🙏

      Hapus
  2. tahu gak adikku baru mendapatkan jodoh saat usia 50 thn dan itu dengan pacar pertamanya, walau dalam keadaan pacar pertamannya sudah duda. selama belum menikah adikku menyantuni banyak anak2 kuarng mmapu sampai selsai sekolah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah.pengalaman yang sangat menarik serta mengharukan.kata orang kalau jodoh gak bakal kemana, gak pandang waktu, bisa datangnya cepat, bisa lama. Itulah rahasia tuhan. Makasi sudah mampir Bu Tira🙏🙏

      Hapus
  3. Single itu pilihan kok dan jodoh pasti bertemu... :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

12 Rahasia Pria Yang Jarang Diketahui Wanita

Apa Itu Stashing Dalam Hubungan Kenali Tanda-Tandanya

Kejantanan Pria Dapat Diukur Dengan 5 Hal Ini