Mengenal Open Relationship (Poliamori)
Hai sobat Mahacinta, kalian sudah tau belum, Open Relationship atau hubungan terbuka? Yup, jenis hubungan seperti ini memang tak populer di negara kita Indonesia. Apalagi jika diselenggarakan setelah menikah dan berumah tangga. Tentu sangat diharamkan dan tak sesuai nilai kearifan lokal kita yang menjunjung tinggi adat dan agama. Setidak-tidaknya itu versi mahacinta.
Secara sederhana Open Relationship dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang memperbolehkan masing-masing pihak untuk bercinta dan berhubungan dengan orang selain pasangannya. Hubungan ini bersifat konsensual, atau terjadi atas persetujuan kedua pihak dalam sebuah hubungan. Tanpa ada unsur selingkuh dan berprinsip keterbukaan.
![]() |
pexel.com |
Namun kali ini open relationship yang ingin kita kenali lebih dalam, berada di daerah otorisasi hubungan pranikah alias pacaran. Ranah hubungan yang di dalamnya belum membakukan komitmen secara sakral. Apakah open relationship tabu dalam pacaran?
Pro dan kontra mesti memiliki level sulit untuk dicari kadar seimbangnya, bila pertanyaan ini mengemuka. Barangkali ada yang pro, namun pasti banyak yang menolak dengan pelbagai argumentasi sebagai sumber pembenaran. Ada yang sangat anti, tapi harus diakui ada juga barangkali yang menikmati sebagai sebuah kesenangan dan kepuasan batin.
Istilah open relationship atau poliamori bolehlah kita sejajarkan maknanya dengan istilah teman tapi mesra. Sebagai pengecualian hanyalah status kepemilikan hati. Bila Hati Anda belum memiliki segel cinta, atau belum terikat kontrak asmara alias jomblo. Berteman sambil mesra-mesraan tentu tak akan menuai konflik dari pihak hati manapun.
Jomblo mah bebas dalam konteks ini. Makanya untuk rubrik kali ini, jomblo akan sedikit kita pinggirkan keikutsertaanya. Bukan bermaksud diskriminasi status. Tapi hanya demi sebuah nilai substantif yang mesti pasti kadar keabsahannya. Namanya juga relationship, tentunya ini barang asing bagi para jomblowan jomblowati. Sudahlah, kalian jadi pembaca yang berbudi luhur saja!
Open relationship atau poliamori ini berbeda dengan poligami ya sobat. Apalagi open marriage, yang konon katanya artis sekaliber Gading Marten Dan Gisel Anastasia pernah menjalaninya. Sekali lagi ditegaskan, bahwa kita membahasnya pada ruang hubungan yang belum melangsungkan perayaan cinta alias menikah.
Poliamori lebih cenderung pada penerapan yang berlandaskan pada keterbukaan ikatan cinta yang tidak mewajibkan setia sebagai ornamen utama. Terbuka dan sepakat membasmi cemburu pastinya.
Di sebuah hubungan yang menerapkan sistem open relationship ini, hal yang paling dituntut dari pesertanya hanyalah keterbukaan. Jika salah satu pihak ada yang tidak terbuka, tentu sangat rancu bila itu kita sebut sebagai sebuah open relationship. Keterbukan untuk dekat dan membuat jalinan cinta yang tak bersifat tandingan. Karena landasannya adalah persetujuan yang saling.
Agak sulit memang diterima nalar sehat. Seutas jalinan cinta memberi restu kepada penghuninya untuk mengenal, berhubungan dekat, bahkan melegalkan keintiman dengan orang lain. Konsep relationship sudah pasti tercederai dalam kapasitas seperti ini. Komitmen serasa jadi mainan. Mahacinta menempatkan diri sebagai yang anti dan melarang keras.
Faktor Penyebab Lahirnya Open Relationship
![]() |
pexel.com |
Hubungan yang itu-itu saja dan begitu-begitu saja, tentu akan menimbulkan kejenuhan pada para membernya. Durasi hubungan yang terlalu lama menunggu kepastian datangnya hari raya cinta pasti akan menyaingi halunisasi tentang indahnya bulan madu dan malam pertama.
Cinta yang tidak diikat kuat dengan janji suci akan mudah longgar dan terurai dari simpulan. Ujung-ujungnya kebimbangan dan kejenuhan tinggal menunggu waktu penyelenggaraannya. Mau putus tapi kok rasanya masih cinta dan sayang. Mau lanjut tapi si dia tak menampakkan tanda-tanda akan datang membawa seperangkat harapan.
2. Komitmen Tak Mengalami Proses Upgrade
![]() |
pexel.com |
Pemicunya adalah keragu-raguan akan masa depan cinta. Masalah keuangan dan pekerjaan, penolakan dari berbagai pihak terutama keluarga boleh dibilang sebagai sumber pencetusnya. Terlebih lagi cara pandang pasangan yang berasumsi bahwa si dia belum tentu baik untuk masa depan.
Sikap acuhnya pada keseriusan perlu dilabeli tanda tanya besar. Komitmen serasa jalan ditempat. Jangankan untuk mengalami proses upgrade. Rasa yang dulu terinstal seratus persen saja, kian tergradasi dan kian menipis.
Baca juga : Tanda-Tanda Hubungan Menuju Jurang Kehancuran
Sekali lagi kata putus pada momen ini masih terlalu berat untuk didownload hati. Lahirnya kesepakatan untuk membuka hati pada hati yang lain tak pelak jadi jurus sakti saat terdesak rasa ragu. Sepakat untuk membuat jalinan di tengah-tengah ikatan. Sungguh keterlaluan bagi cinta.
3. Saling tergoda Kebebasan
![]() |
pexel.com |
Jika sama-sama cinta kenapa membuka peluang hadirnya cinta pendatang. Menyepakatinya secara kolektif kolegial sungguh di luar ambang batas wajar.
4. Hubungan Cinta Abal-Abal
![]() |
pexel.com |
Namanya juga abal-abal, tentu serius belum teradopsi dalam hubungan seperti ini. Mengejar status memiliki pacar demi rasa bangga dari pandangan circle pergaulan, adalah tema utama yang diunggah. Cinta belum terdeklarasi merdeka dari godaan.
Kapabilitas cinta masih berbau main-main demi tuntutan masa muda yang melegalkan pacaran atas dasar senang-senang semata. Jika di fase seperti ini lahir poliamori tentu tak norak adanya. Hubungan yang tak mengutus serius di judul utamanya tentu tak mengharamkan open tebar pesona, open goda-goda, hingga open relationship.
Dan kini,
Tanpa meninggalkan azas manfaat bagi pembacanya, tulisan ini akan tetap menyuguhkan cara pandang yang berpedoman pada nilai-nilai luhur sebuah kebenaran. Untuk itu tak salah bila kita coba bahas pula bagaimana sebaiknya cara pandang kita dalam mensikapi fenomena open relationship ini.
Menyikapi Fenomena Open Relationship Atau Poliamori
Open Relationship Itu Ilegal Bagi Cinta
Jika sudah jenuh dalam sebuah relasi hati namun cinta masih ada, kenapa tak mencoba mengambil dua jalur alternatif yang tersedia. Putus dan menulis kisah baru, atau memperbaiki yang sudah ada.
Open relationship atau poliamori (bagi saya sama) atau apapun namanya memang bukan tindakan berstatus perselingkuhan. Namun sejatinya itu adalah pengkhianatan terhadap cinta dan rasa. Bukankah cinta sejati memiliki atribut setia cemburu dan posesif.
Tak akan ada tempat yang layak bagi tiga kata ini di ranah open relationship. Dan tak berlebihan jika kita sepakati bahwa fenomena ini ilegal bahkan haram bagi cinta.
Open Relationship Lebih Identik Dengan Seks Bebas
![]() |
pexel.com |
Nyatanya memang seperti itu. Kebanyakan pasangan yang menerapkan aplikasi tak lazim ini, melakukannya agar dapat melakukan aktifitas seksual dengan orang lain untuk sekedar mendapatkan sensasi berbeda.
Rasanya terlalu dangkal kadar cinta dalam suatu hubungan, apalagi yang belum resmi. Bila memprioritaskan seks sebagai sumber kebahagiaan. Hati-hati sobat, jangan-jangan itu pertanda Red Flag Relationship. Pacaran sewajarnya saja. Lakukanlah yang sehat.
Ada saatnya nanti bila Kalian sudah melabeli hubungan kalian dengan kata halal. Seks pasti punya rasa dalam makna dan tanggung jawab. Tak ada resiko dan tak pula dosa. Malah mengasyikkan dan dianjurkan. Kenapa tak menikah saja!
Bukan Budaya Kita
![]() |
pexel.com |
Sejatinya pacaran saja dilarang dalam agama. Apalagi ini open relationship, poliamori, swinger dan sejanisnya. Alasan pelarangan paling logic tentu saja rasa tanggung jawab. Banyak kasus yang dapat dijadikan contoh seperti, kekerasan dalam pacaran, perkosaan, aborsi, nikah muda, tersebarnya video intim di sosial media dan segunung tumpukan kisah haru lainnya.
Bagi orang-orang di belahan bumi sana, mungkin bagi mereka hal ini biasa. Mereka tak tarikat kearifan dalam budaya dan adat istiadat. Sehingga membentuk pola fikir mereka yang sangat liberal memandang dunia pergaulan. Mereka tak seberuntung kita yang lahir dan tumbuh di tanah yang berbudaya dan beragama.
Dalam urusan cinta, barangkali mereka tak mengenal istilah bucin atau jomblo. Karena terkebiri kebebasan. Kasian ya mereka tak paham sensasi rasa saat ngejomblo atau ngebucin, hahaha.
Masih Ada Peluang Cemburu
![]() |
pexel.com |
Jika cinta diberi plakat serius dan bukan coba-coba, maka cemburu adalah cara untuk proses validasi bahkan kalibrasinya.
Baca juga : Cemburu adalah Proses Validasi Cinta
Akan terlalu munafik pada hati, bagi yang membiarkan pasangan melakoni kisah di drama cinta lain. Cinta itu rasa berjuta makna. Walau berjutanya rasa itu tak terindentifikasi logika serta kata-kata.
Saat melihat pasangan chatingan dengan orang lain saja getaran murka serasa mau meletus membentuk cercaan cinta dalam makna cemburu. Apalagi memberi restu untuk menyimpangkan hati. Rasanya sungguh-sungguh laknat dan terkutuk bagi cinta.
Sebaik-baik relasi hati tentu yang membesarkan cinta dalam proses perjalanannya. Menautkannya hingga ke jenjang pernikahan adalah mimpi semua para pencinta. Bila tak demikian adanya, apakah layak menempuh jalan sarat kontroversi bagi hati?
Anda sendiri yang tentukan hubungan dan cinta mau dibawa kemana.
M💕💕E💕💕S
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus